Bisnis.com, JAKARTA - Meski pasar fotografi di Indonesia sudah dikuasai oleh peralatan digital, banyak orang yang menolak anggapan bahwa era fotografi analog telah digeser atau tumbang. Justru, teknik analog dipandang sebagai seni fotografi yang tidak akan mati.
Penggemar fotografi analog pun tersebar dari berbagai kalangan dan rentang usia. Salah satu yang menggemari hobi fotografi analog ini adalah Presiden Direktur Mandiri Sekuritas, Abipriyadi Riyanto.
Baginya, fotografi analog selalu menjadi aktivitas yang lebih mengasyikkan ketimbang digital. Sudah lebih dari tiga dekade dia menggeluti hobi tersebut. Berikut penuturannya:
Sejak kapan menggemari fotografi analog?
Sudah dari dulu saya memotret dengan kamera analog. Tepatnya sejak 1970-1980an. Sampai sekarang juga, meskipun terkadang saya juga memotret dengan digital.
Mengapa lebih menyukai analog ketimbang digital?
Saya tidak mau mempertentangkan atau membanding-bandingkan mana yang lebih baik; analog atau digital. Ini adalah preferensi pribadi. Bagi saya, fotografi merupakan sebuah proses.
Analog itu sendiri adalah proses. Karena kita tidak bisa melihat hasil jepretan secara langsung, ada keterbatasan di dalamnya. Sehingga, untuk memotret obyek harus serius. Diukur dulu yang benar meteringnya dan komposisinya.
Berbeda dengan fotografi digital, yang tidak membutuhkan proses panjang untuk melihat hasil jepretannya. Semua serba auto dan instan.
Kalau saya sih lebih menyukai analog karena saya menikmati setiap tahapan prosesnya. Mulai dari memasang filmnya, memotret, menggulung, hingga menyuci filmnya. Saya cuci cetak sendiri.
Menariknya, setiap film dapat menggunakan berbagai macam bahan kimia. Ibaratnya seperti sabun cucinya. Dengan sabun cuci yang berbeda untuk film yang sama, hasil cuciannya bisa berbeda.
Ada yang menghasilkan gambar lebih kontras, ada juga yang lebih natural. Ada yang lebih halus, ada juga yanggrainy.Masing-masing film dan bahan pencuci memiliki karakter yang berbeda-beda.
Jenis/teknik fotografi apa yang paling bapak sukai?
Saya menyukai black and white [hitam putih]. Pertama, karena unsur klasik di dalamnya. Kedua, saya bisa lebih fokus dalam menampilkan nuansa yang ingin saya tonjolkan. Foto berwarna itu bisa mengalihkan fokus atau distract nuansa yang ingin kita tampilkan.
Dari mana mendapatkan peralatan penunjang hobi ini?
Kalau kameranya, saya sudah punya dari zaman dulu. Namun, sekarang bisa juga beli di e-bay, Pasar Baru, atau pesan dari Singapura.
Kalau untuk film, di Jakarta bisa beli di SNF [Soup N Film]. Mereka menjual film dan peralatan untuk fotografi analog, termasuk mencucikan filmnya juga.
Apa tidak sulit mendapatkan peralatan/fasilitas penunjang fotografi analog, mengingat saat ini era digital imaging mendominasi?
Saya tidak sepakat. Saya rasa fotografi bukan sedang digempur era digital. Orang menciptakan teknologi digital itu untuk meniru film. Jadi, digital tetap tidak akan bisa menyamai film.
Dengan kata lain, digital tidak akan bisa menggantikan analog. Fotografi analog akan selalu diminati dan tidak tergantikan. Jadi, suplai peralatannya pun akan terus ada.
Apa saja jenis kamera analog yang dimiliki?
Leica MP, Hasselblad, Rolleiflex, dan sebagainya.
Berapa rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan untuk menekuni hobi ini?
Tidak tentu. Terkadang untuk sekali sesi foto, tidak harus menghabiskan satu roll. Terkadang saya memakai film 120 [medium format], yang satu roll isinya 12 frame untuk jepret cepat dan langsung cuci. Jadi sebenarnya [hobi ini] tidak terlalu mahal.
Seberapa rutin kegiatan hunting fotonya? Apa pula manfaat yang didapat?
Saya sih tergabung di dalam IDF [Indonesia Film]. Selain hunting rutin, kami sering mengobrol soal bahan cuci film, bahan kimia, kertas cetak, dan sebagainya.
Manfaatnya, tentu saja hobi ini menghibur hati dan menghilangkan stress. Dengan menikmati proses demi proses dari fotografi analog, ada sensasi berbeda yang dirasakan. Saat mencetak film, ada sensasi tersendiri.
Apa tips untuk menggeluti hobi ini?
Karena proses fotografi analog terbilang ribet dan panjang, tidak semua orang menikmatinya. Kalau mau belajar,yabergaul dulu di dalam komunitasnya. Kalau kita belajar sendiri, nanti akan ada banyak kesalahan, seperti salah cuci, salah urutan, dan sebagainya. Sebaiknya, gabung dulu di komunitas.