Charlie Chaplin
Perusahaan rokok Sampoerna yang kini sahamnya dimiliki asing sejak awal memang tidak didirikan orang pribumi.
Adalah Liem Seeng Tee yang mendirikan sekaligus merintis perusahaan rokok Sampoerna pertama kali di Jawa Timur. Dia adalah seorang keturunan Tionghoa yang merantau ke Indonesia pada masa penjajahan pemerintah Belanda.
Sesuai namanya yang tidak terdengar lokal, Seeng Tee dan keluarganya berasal dari China tepatnya di desa Anxi, Provinsi Fujian. Sewaktu menumpang di kapal laut yang menuju Asia Tenggara, Seeng Tee baru berusia lima tahun. Dia berlayar dengan ayah dan kakak perempuannya.
Sang Pendiri Sampoerna itu hanya bersama ayahnya saat akhirnya menjejakkan kaki di Surabaya. Karena keadaan ekonomi yang kurang memadai, ayahnya harus merelakan anak perempuan, yakni kakak Seeng Tee, diadopsi keluarga China di Singapura.
Enam bulan pascakedatangan di Surabaya, ayah Seeng Tee sakit keras. Dia lantas dititipkan kepada keluarga yang bermukim di Bojonegoro. Seeng Tee tinggal bersama keluarga ini sampai dengan usia sebelas tahun hingga akhirnya dia siap untuk bekerja.
Menapaki jejak Seeng Tee saat merintis bisnis pabrik rokoknya bisa dilakukan di ruang tengah lantai pertama House of Sampoerna di Jalan Taman Sampoerna No.6, Surabaya, Jawa Timur.
Pendiri Sampoerna ini meraih kesuksesan bersama istrinya ketika keduanya membeli satu komplek bangunan yang diisi bangunan sentral besar dengan empat pilar megah nan kokoh pada 1932.
Bangunan tersebut kini yang menjelma sebagai museum. Keduanya bermaksud menjadikan tempat ini sebagai fasilitas produksi pertama dan utama untuk rokok-rokok Sampoerna. Sejak itu bangunan tersebut dikenal sebagai Pabrik Taman Sampoerna dan tetap beroperasi sampai dengan sekarang.
Atas saran istrinya, alhasil selama 1932 – 1961 ruang tengah House of Sampoerna menjelma sebagai gedung bioskop. Ruangan di dalamnya dilengkapi dengan panggung berputar dan lantai buatan untuk efek khusus yang sangat jarang ada pada masa itu.
Tidak tanggung-tanggung, Charlie Chaplin dikabarkan sempat mampir ke sana pada 1932. Selain itu, Bung Karno sendiri sebelum menjadi presiden pernah menggunakan Pabrik Taman Sampoerna untuk sejumlah pidato menyuarakan kemerdekaan Indonesia.
Seiring berjalannya waktu Seeng Tee dan istrinya memiliki lima anak. Mereka tinggal di bangunan yang lebih kecil di samping pabrik. Anak pertama bernama Liem Swie Hwa atau Adi Sampoerna akhirnya menempati rumah kecil yang di sebelah kanan setelah dia menikah.
Sampai dengan sekarang selain pabrik yang masih beroperasi, rumah di kanan dan kiri House of Sampoerna pun tetap diisi keluarga. Semacam menjadi tradisi keluarga untuk tinggal di lingkungan pabrik karena dirasa akan lebih efektif mengendalikan usaha.