Bisnis.com, JAKARTA - Gerakan E-Waste Drop Zone yang dikampanyekan Rafa Jafar (12), didorong setelah menulis bukuE-Waste: Sampah Elektronik. Buku E-Waste: Sampah Elektronik sudah dirilis April 2015, yang berawal dari tugas akhir sekolah.
Buku ini menjelaskan tentang bahaya sampah elektronik dan aksi nyata yang dapat dilakukan. Buku ini mudah dimengerti karena disertai ilustrasi dalam setiap ulasan.
Dalam bukunya, RJ, biasa disapa, menjelaskan sampah elektronik dapat meracuni manusia ketika mendapat perlakuan yang salah.Pertama, jika sampah elektronik dikubur maka racunnya dapat menyebar melalui tanah. B3 masuk ke manusia melalui konsumsi sayuran yang telah terkontaminasi tersebut.
Kedua, dengan merusak sampah elektronik menggunakan tangan dan diambil komponen tertentu yang masih dapat digunakan. Lebih berbahaya karena seringkali ini dilakukan tanpa alat pengaman. Ketiga, dengan cara dibakar yang memproduksi asap berbahaya bagi manusia.
"Misal, membuang batu baterai ke tempat sampah biasa. Itu salah. Kalau diambil pemulung, terus mereka merusak bagaimana. Itu sama saja," tutur RJ.
RJ melihat potensi sampah elektronik di Indonesia makin cepat tumbuh, seiring dengan munculnya barang elektronik versi baru. Apalagi, Indonesia belum banyak memiliki pengolahan sampah elektronik. Kepedulian terhadap sampah elektronik juga belum tercipta pada masyarakatnya.
"Saat ini yang sedang digencarkan kampanye gerakan E-Waste Drop Zone," katanya.
Semoga apa yang digambarkan dalam film Wall-E (2008) tidak akan terjadi di Indonesia. Wall-E bercerita seputar kelangsungan hidup manusia yang terancam setelah bumi tercemar oleh sampah elektronik yang menggunung dan tidak didaur ulang.