Rupiah/Reuters
Fashion

Bijak Mengelola Utang

Rezza Aji Pratama
Minggu, 21 Februari 2016 - 04:53
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Dalam pengelolaan keuangan, hampir semua orang pernah berutang.

Tak bisa dipungkiri, utang menjadi sesuatu yang hampir mustahil dihindari, apalagi saat ini semakin banyak kemudahan yang ditawarkan untuk berutang.

Ibaratnya pisau bermata dua, jika utang dimanfaatkan dengan baik bisa memberikan dampak positif. Namun, jika salah langkah dalam berutang, sudah tentu bisa menyengsarakan.

Menurut Perencana Keuangan dari AAM Finance Aidil Akbar Madjid, utang sebenarnya bukanlah hal yang harus sepenuhnya dihindari. Jika digunakan untuk hal-hal yang produktif, tak ada salahnya juga berutang. “Utang masih boleh dilakukan,” katanya.

Namun demikian, lanjutnya, ada rambu-rambu yang harus dipatuhi jika seseorang ingin berutang, yakni, utang yang digunakan untuk membeli barangbarang yang asetnya akan naik, misalnya rumah atau tanah.

Meskipun cicilan utang untuk properti cukup besar dan lama, Aidil menuturkan utang tersebut bisa dilakukan. Menurut dia, berutang untuk sesuatu yang asetnya akan naik, sama halnya dengan berinvestasi. Pasalnya, dalam beberapa tahun nilai aset properti akan selalu meningkat.

Sebaliknya, jika berutang untuk membeli barang yang nilai asetnya akan menyusut tentu bukan langkah bijak.

Contoh yang sering terjadi di masyarakat adalah cicilan kendaraan atau gadget. Apalagi jika sebenarnya barangbarang yang dibeli dari hasil utang tersebut sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Kendati demikian, berutang untuk membeli kendaraan atau gadget bisa saja dibenarkan jika digunakan untuk menambah penghasilan. Misalnya, mencicil mobil untuk digunakan sebagai kendaraan rental atau hal-hal lain yang akan mendatangkan uang.

“Kalau tujuannya untuk usaha, utang masih bisa dimaklumi. Asalkan hitunghitungan untung ruginya sesuai,” tuturnya.

Namun demikian, sebelum berutang, seseroang juga harus memikirkan betul untuk apa utang tersebut diambil. Utang tersebut haruslah utang produktif sehingga tidak membebani keuangan di masa mendatang.

Bagaimana caranya menentukan utang produktif atau bukan?

Aidil menjelaskan salah satunya adalah dengan mempertimbangkan profesi yang dijalani ketika akan berutang. Seorang fotografer, misalnya, jika dia berutang untuk membeli kamera bisa dikatakan sebagai utang produktif. “Karena dengan kamera yang dia beli bisa meningkatkan produktivitas kerjanya,” tuturnya.

Sayangnya, kebanyakan masyarakat masih belum bisa menyesuaikan antara profesi dengan kebutuhannya. Aidil mencontohkan, tidak sedikit mahasiswa atau ibu rumah tangga yang rela berutang demi membeli laptop atau gadget yang memiliki spesifikasi tinggi.

Padahal, mereka sebenarnya bisa menggunakan perangkat kelas menengah yang tidak terlalu mahal. “Jika hal ini dilakukan, boleh dibilang mereka telah terjebak pada utang yang tidak produktif.”

 

Sumber : Bisnis Indonesia Weekend (21/2/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro