Bisnis.com, JAKARTA - Mendengar kata kanker, pikiran kita sudah langsung dipenuhi oleh berbagai macam hal yang menakutkan. Sudah terbayang bagaimana ganas dan menyeramkannya penyakit itu.
Dalam dunia kesehatan, penyakit kanker memang menjadi salah satu pembunuh terbanyak dibandingkan dengan penyakit lainnya. Hal itu juga sejalan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengidap kanker. Peningkatan jumlah penderita kanker tersebut juga bisa terlihat dari data BPJS Kesehatan, di mana sebagian besar dananya dihabiskan untuk pengobatan kanker.
Menurut Praktisi Radiestesi Medik dan Pengobatan Integratif Paulus W. Halim, kunci dari penyakit kanker sebenarnya adalah imunitas tubuh. Semakin kebal tubuh seseorang, semakin kecil kemungkinan dirinya terserang penyakit tersebut.
Apalagi, pada dasarnya semua orang memiliki sel kanker. “Tapi tidak semua sel kanker itu aktif karena tergantung pada kekebalan tubuh,” katanya.
Paulus menjelaskan kanker bisa dipicu oleh empat faktor, yakni dari genetik, lingkungan dan karsinogen seperti radiasi dan pencemaran zat kimia, gaya hidup, dan stres. Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, kelebihan lemak, minum alkohol, dan mengonsumsi makanan berpengawet diketahui bisa memicu sel kanker dalam tubuh menjadi aktif.
Namun demikian, menurut Paulus, kekebalan tubuh seseorang bisa menjadi modal utama untuk mencegah aktifnya sel kanker yang sudah ada. Itu sebabnya, kekebalan tubuh harus menjadi perhatian serius. “Terlalu gila bekerja dan stres menjadi salah satu pemicu merosotnya imunitas tubuh.”
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
Di sisi lain, untuk mengobati kanker diperlukan berbagai upaya dan penanganan secara menyeluruh. Pengobatan medis ala barat untuk penderita kanker memang terstruktur. Namun, Paulus menjelaskan cara pengobatan tersebut juga memiliki kelemahan, terutama menyangkut efek sampingnya.
“Sebaiknya, selain berobat secara medis juga diiringi dengan pengobatan komplementer,” katanya.
Pengobatan komplementer adalah terapi-terapi tambahan yang diberikan kepada penderita kanker, selain pengobatan rutin di rumah sakit. Beberapa di antaranya adalah chikung, prana, reiki, akupuntur, yoga, hingga mengonsumsi jamu herbal. Tujuannya, untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Pendekatan integratif tersebut dilakukan sebagai upaya memahami dan menempatkan pasien sebagai manusia secara utuh dan menyeluruh. Selain pengobatan herbal, diperlukan juga pembenahan nutrisi, penanganan emosi, dan peningkatan aspek spiritual. Dengan begitu, kanker bisa dibersihkan hingga ke akar-akarnya.
Dari pembenahan nutrisi, faktor makanan memegang peranan penting. Selain rokok dan alkohol, pola makan yang tidak sehat juga bisa menjadi penyebab kanker. “Memanaskan makanan berulang-ulang, apalagi menggunakan microwave sangat berbahaya karena merusak bioenergi makanan,” paparnya.
Ketentuan itu juga berlaku untuk makanan yang diawetkan seperti makanan beku atau kalengan, dan telur asin.
Paulus mengatakan mengonsumsi daging merah seperti kambing dan sapi juga berbahaya bagi penderita kanker. Pasalnya, daging merah banyak mengandung hormon kortisol dan adrenalin, serta dapat membuat tubuh menjadi asam. Di sisi lain, sel kanker sangat menyukai lingkungan tubuh yang asam karena bisa menurunkan tingkat kekebalan.
Selain itu, gula juga harus dihindari oleh penderita kanker karena merupakan makanan utama sel kanker. Bagi penderita penyakit ini, disarankan untuk banyak mengonsumsi makanan yang kaya serat dan antioksidan seperti sayur-mayur dan buah-buahan.
Namun perlu diingat, penderita kanker sebaiknya tidak mengonsumsi jengkol dan petai karena tidak bagus untuk kesehatan ginjal. Begitu juga dengan produk turunan kedelai seperti tahu, tempe, dan ekstrak kedelai, sangat tidak disarankan untuk pasien kanker yang dipengaruhi hormon seperti kanker payudara, rahim, dan indung telur.
"Susu kedelai yang manis juga mengandung hormon estrogen di dalamnya, yang bakal memperparah ketiga jenis kanker itu [payudara, rahim, indung telur].” ()