Bisnis.com, JAKARTA - Siapa tidak mengenal raksasaogrehijau berhidung besar dan telinga antena, Shrek? Sejak diluncurkan pada 2001, karakter animasi produksi DreamWorks tersebut dengan cepat menjadi bagian dari budaya populer dunia yang laris manis bak kacang goreng.
Kesuksesan Shrek di layar perak menginspirasi para produser pentas musikal di Broadway untuk mengadopsinya ke panggung teater. Hasilnya adalahShrek The Musical, sebuah karya yang didebut pada 2008 dan mendapat ulasan not bad dariThe New York Times.
Di Broadway sendiri, pertunjukan berdurasi 2 jam 30 menit itu mendapat respons hangat dari para kritikus. Versi aslinya disutradari Jason Moore, dengan Jeanine Tesori sebagai pengarah musik serta pemenang Pulitzer, David Lindsay-Abaire, sebagai penulis naskah dan liriknya.
Para kritikus pertunjukan musikal menyebutshowyang versi aslinya dibintangi Brian dArcy James sebagai karaketr titular itusejauh iniadalah yang terbaik untuk kategori adaptasi film animasi. Plot yang komprehensif dan karakter yang populer menjadi kekuatannya.
Setelah sukses di ibukotanya seni musikal di New York,Shrek The Musicalakan diarak ke hadapan audiens internasional tahun ini. Untuk regional Asia sendiri, kebetulan Indonesia mendapat kesempatan perdana menjadi tuan rumahshowmeriah tersebut.
Adalah Ciputra Artpreneur yang dipercaya menjadi panggung pertunjukan yang akan digelar pada 5-22 Mei tersebut. Ini merupakan kali kedua mereka mendatangkan geng Broadway ke Jakarta setelah tahun lalu sukses memboyongBeauty and the Beastke lantai teater premium yang terletak di bilangan Kuningan itu.
Namun, menghelat pentas seni panggung berkualitas sekelas produksi Broadway tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi, Indonesia tergolong minim pengalaman dalam menggelar seni musikal bertaraf internasional.
Presiden Direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra mengakui perjuangan untuk memenuhi standar menghadirkan tim musikal sekaliber Broadway cukup berat. Bagaimanapun, dia terdeterminasi untuk menyuguhkan pertunjukan berkualitas bagi audiens Jakarta.
Baginya, pemilihan musikal Shrek untuk didatangkan ke DKI adalah sebuah keputusan bisnis yang tepat, meski berisiko tinggi. Selain menjanjikan pementasan yang semarak dan dipenuhi tokoh dongeng yang sudah sangat familiar,showtersebut sarat pesan edukatif bernilai tinggi.
Saya melihatShrek The Musicalini memiliki nilai positif yang begitu banyak, mulai dari soal pertemanan, membangun rasa percaya diri, loyalitas kepada teman, ketulusan hingga semangat kerja keras untuk meraih mimpi, ujarnya kepadaBisnis.
Untuk menonton pertunjukan tersebut, siapapun harus rela merogoh kocek cukup dalam. Harga tiket yang dibanderol Rp750.000Rp2,95 juta praktis menjadikanShrek The Musicalsebagai pertunjukan yang menyasar dan tersegmentasi untuk kelas menengah atas di Ibukota.
Akan tetapi, Rina meyakini harga yang harus dibayar oleh penonton akan sebanding dengan pengalaman menikmati pertunjukan kelas dunia, dengan bonus bekal nilai-nilai moral untuk keluarga. Dia optimistis tak sedikit penonton yang bakal datang lebih dari sekali.
Selain itu, pastinya akan ada banyak penggemar seni pentas nasional yang akan mengambil kesempatan untuk melihat dan mempelajari secara langsung bagaimana sebuah pertunjukan prestisius sekelas Broadway dikemas dan disajikan.
Saya yakin memang sudah waktunya [warga] kelas menengah [di Indonesia] yang semakin banyak jumlahnya ini harus diberi tontonan bermutu.Nah,Shrek ini adalah pertunjukan yang sudah [terbukti] sukses dan berkualitas tinggi, jelasnya.
MELEK KESENIAN
Harapan Rina untuk memberikan nilai tambah bagi audiens Indonesia rupanya harus dibayar dengan perjuangan, kerja keras, dan konsistensi Ciputra Artpreneur untuk membuat warga Indonesia melek kesenian berbobot dan berkualitas tinggi.
Apalagi, seni musikal kelas dunia merupakan hal yang relatif baru bagi audiens lokal. Namun, Rina berpendapat masyarakat harus mulai dibiasakan dengan alternatif pertunjukan yang memilikivaluelebih dari sekadar hura-hura atau gegap gempita pesta pora.
Harus diakui, tantangan terbesarnya adalah membangkitkan gairah masyarakat terhadap pertunjukan teater kelas dunia. Sebagian besar kalangan masih enggan mengucurkan uang banyak untuk menonton teater, tetapi tidak keberatan jika digunakan untuk menonton konser.
Oleh karena itu, Rina menggunakan banyak strategi pendekatan kepada masyarakat, termasuk melalui edukasi ke berbagai sekolah mengenai pertunjukan musikal sekelas Shrek. Dia juga menggandeng Bank BCA dan Garuda Indonesia Airlines sebagai mitra.
Di Singapura, pemerintahnya menyediakan dana yang besar untuk promosi pertunjukan internasional.Nah, kami belum bisa menyamai Singapura, sehingga kami harus mengganeng pihak swasta, karena terus terang upaya promosi ke masyarakat inilah tantangan terberatnya.
Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa Rina memilih lebih mendatangkan Shrek, Fiona, Donkey, dan kawan-kawannya ke Jakarta. Menurutnya, itu adalah bagian dari strategi pengenalan seni musikal kepada generasi yang lebih muda di Indonesia.
Seni pentas [kelas dunia] adalah hal baru di Indonesia. Jadi, kami harus memperkenalkan mulai dari pertunjukan yang bertema ringan, menarik dan meriah agar orang tidak kapok bayar mahal untuk datang dan menonton pertunjukan musikal, jelasnya.
Strategi yang sudah dirintis sejak 2015 itu rencananya akan diteruskan hingga 4-5 tahun ke depan. Yang penting konsisten dulu menggelar pertunjukan internasional setiap tahunnya hingga basis audiensnya terbentuk dan publik mulai terbiasa dengan seni teater.
Itulah mengapa Rina tak ragu mengguyurkan dana puluhan miliar untuk menghadirkanShrek The Musical,yang terdiri dari 33 pemain, di Jakarta. Baginya harga itu tak ubahnya investasi untuk mendidik karakter masyarakat berpendidikan menjadi lebih sadar seni musikal.
Kami akan konsisten menghadirkanshow-showbertema ringan atau keluarga sampai penonton terbiasa dan menjadi audiens setia. Pada 2019-2020, ketika basis penonton itu sudah terbentuk, kami baru akan mencoba menyuguhkan pertunjukan internasional dengan tema-tema yang lebih berat dan mulai mencoba merambah kota-kota selain Jakarta, tuturnya.
Secara terus terang, Rina mengakui untuk membangun basis audiens melalui suguhan bertaraf premium juga dipenuhi tantangan berat. Apalagi, saat ini daya beli masyarakat Indonesia relatif melemah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
UntukShrek The Musicalsaja, misalnya, dia tidak mau mematok target audiens yang terlalu muluk. Baginya, dapat menyamai rekor penontonBeauty and the Beasttahun lalu saja sudah sangat bagus.
Sekadar catatan, pertunjukanBeauty and the Beastyang dihelat delapan belas kali dalam satu set tahun lalu berhasil mendatangkan rata-rata 95% dari total kuota tempat duduk penonton Ciputra Artpreneur sejumlah 1.194 kursi per pertunjukan.
Pada waktu itu, audiens terbanyak tercatat berasal dari dalam negeri dengan segmen pasar remaja dan keluarga. Kali ini, melalui Shrek dan kawan-kawan, Ciputra Artpreneur optimistis dapat menjangkau lebih banyak audiens dari luar negeri.
Pertunjukan kelas dunia seperti ini sebenarnya juga merupakantourist attractionyang bagus. Itulah mengapa kami menggandeng Garuda Indonesia untuk menggaet lebih banyak turis asing sebagai penonton.
Meski dipenuhi tantangan, Rina tetap berpegang teguh bahwa untuk membentuk karakter masyarakat yang dapat memahami hiburan berkualitas harus diawali dengan determinasi para penyelenggaranya untuk terus menyuguhkan tontonan yang mendidik dan mampu membuat audiensnya selalu terngiang akan pengalaman menontonnya itu.