Pianis Prancis Jean-Lous Haguenauer/vir.com.vn
Musik

Pianis Prancis, Jean-Lous Haguenauer, Konser di Jakarta

Dika Irawan
Senin, 30 Mei 2016 - 13:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pianis Prancis Jean-Lous Haguenauer akan menggelar konser di Jakarta pada 5 Juni mendatang. Dia akan memainkan karya Debussy pada gelaran hasil kerjasama Institut Prancis di Indonesia (IFI) dengan Ananda Sukarlan Center.

Sebelum manggung di  Jakarta, Haguenauer terlebih dahulu tampil di Bandung (28/5/2016), Surabaya (30/5/2016) dan Medan (1/6/2016).

Di Indonesia Haguenauer bakal memainkan komposisi yang sepenuhnya dibuat oleh pianis Prancis, Claude Debussy. Menurut dia, Debussy merupakan maestro komposer Prancis sepanjang masa.

"Dia [Debussy] sangat terinspirasi pada musik-musik Timur Jauh (Asia), terutama gamelan Jawa yang dia dengar pertama kali di Paris pada pameran internasional tahun 1889 dan 1990," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (30/5/2016).

Haguenauer lulus dari sekolah musik bergengsi Ecole Normale de Musique di Paris pada 1973 dan memperoleh lulusan terbaik dengan gelar Premier Prix de Virtuosité avec disctinction dari Konservatorium Genewa tahun 1977.

Di samping pendidikan formal tersebut, dia juga belajar komposisi dan analisis musik bersama Nadia Boulanger, komposer dan konduktor perempuan pertama yang pernah memimpin orkestra ternama di Amerika dan Eropa seperti BBC Symphony, Boston Symphony, Hallée dan New York Philharmonic.

Haguenauer turut berperan dalam pendidikan musik para komposer, solois dan konduktor internasional seperti Quincy Jones; legendaris jazz peraih 27 Grammy, termasuk Grammy Legend Award (1991), produser album Thriller (yang terjual 110 juta kopi di seluruh dunia) serta produser dan konduktor dari lagu amal “We Are the World” dan Aaron Copland; komposer opera, balet serta score film-film legendaris Hollywood seperti Of Mice and Men (1939), The North Star (1943) dan The Heiress (1949).

Mentor

Mengenai mentornya yang dikenal sebagai guru dari para maestro musik klasik dan jazz tersebut, Haguenauer mengatakan Nadia Boulanger memberi pengaruh besar dalam perjalanan awal pendidikan musiknya. Dia mengaku menjadi muridnya sejak umur 14 sampai 19 tahun.

"Dialah yang membawa saya menjelajahi beragam repertoar musik klasik, baik secara teori, komposisi maupun permainan piano. Saat ini, hampir 40 tahun sejak ia wafat, ia tetap menjadi sumber energi dan inspirasi bagi saya," ujarnya.

Selain itu, Hagunauer juga berguru kepada komponis besar Prancis Henri Dutilleux yang merupakan guru pianis Indonesia Slamet Abdul Syukur di Konservatorium Tingkat Tinggi Nasional Paris.

Sebagai solois dia tampil di berbagai serial konser di Prancis, Radio France dan stasiun televisi nasional Prancis serta berpartisipasi dalam berbagai festival musim panas di Eropa dan Amerika Serikat, antara lain La Roque d’Anthéron, Radio-France Montpellier, Jacobins de Toulouse, Orangerie de Sceaux, Les Arcs, Library of Congress Summber Chamber Festival dan Kreeger Museum June Chamber Festival.

Sebagai musisi musik kamar, Haguenauer telah berkolaborasi antara lain dengan Fine Arts Quartet, Quatuor Ebene, Arriaga Quartet, The Percussions de Strasbourg, Ensemble Accoche-Notes, violinis Alexis Galperine, Patrice Fontanarosa, Regis Pasquier dan Joanna Maurer, violis Pierre-Henri Xuereb, Tasso Adamopoulos, Miles Hofmann dan Arnaud Thorette, cellis Cecilia Tsan, Tsuyoshi Tsutsumi, Alberto Parrini dan Xavier Gagnepain, flutis Patrick Gallois, Andras Adorjan, Sara Stern dan Michel Moragues, klarinetis Loren Kitt, Michel Arrigon, Philippe Cuper, Armand Angster dan Michel Lethiec, pemain basson Pascal Gallois dan pemain horn Gail Williams.

Tak hanya tampil solo atau duet, Haguenauer membentuk Trio Galperine-Tsan-Haguenauer pada 1988, menjadi anggota Florence Gould Hall Chamber Players tahun 1991-1997 serta pianis bagi American Chamber Players.

Dia juga menggandeng penyanyi tenor Gilles Ragon dan selama 20 tahun mengeksplorasi repertoar Prancis dan Jerman. Haguenauer menjadi aktor utama dalam film dokumenter La Spirale du Pianiste (1999) karya Judith Abitbol yang merekam proses kreatifnya dalam menggubah ulang 24 prelude milik Claude Debussy.

Penulis : Dika Irawan
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro