Bisnis.com, JAKARTA-Saat ini, Indonesia masih mengalami masalah gizi ganda, yakni kekurangan dan kelebihan gizi pada semua kelompok umur. Salah satu penyebab hal tersebut, karena masih minimnya kebiasaan minum susu orang Indonesia.
Menurut data yang tercantum pada situs Kementerian Pertanian, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia hanya rata-rata sebesar 12,10 liter/tahun, jauh di bawah konsumsi susu di sejumlah negara ASEAN yang mencapai lebih dari 25 liter/kapita/tahun.
Marketing Manager SGM NUtriday Michica Wijaya mengatakan rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia, karena kebiasaan minum susu yang belum membudaya.
"Untuk itu, upaya peningkatan konsumsi susu masyarakat Indonesia perlu terus ditingkatkan agar dapat mencapai target yang tertuang dalam cetak biru Persusuan Indonesia 2013-2025 yang dikeluarkan Kementerian Koordinator Perekonomian pada Februari 2014, yang mana ditargetkan pada tahun 2025 konsumsi masyarakat Indonesia mencapai 30 liter per kapita per tahun," ujarnya dalam peluncuran gerakan 7 hari minum susu di Jakarta, Minggu (05/06)
Riskesdas 2013 mengungkapkan bahwa 6% balita mengalami kurang gizi sedangkan 37% balita dan 1 dari 3 (31%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek (stunting) akibat kekurangan gizi menahun sehingga berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, sementara pada usia produktif, 45% wanita Indonesia mengalami kurang energi kronis (KEK).
Prevelansi kelebihan gizi juga meningkat. Riskesdas 2013 mengungkapkan bahwa angka overweight dan obesitas pria di Indonesia adalah 20%, sementara wanita sebesar 35% naik dari 15 dan 26% dari tahun 2010.
Obesitas merupakan pintu masuk dari beberapa penyakit degeneratif seperti jantung, stroke, diabetes, kanker yang meningkatkan risiko kematian.
Dr Spesialis gizi klinik dr Inge Permadhi mengatakan selain menerapkan kebiasaan minum susu, juga diperlukan peran keluarga dalam upaya meningkatkan perbaikan gizi di Indonesia.
"Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga dapat berpengaruh yang sangat besar terhadap masing-masing anggotanya. Keluarga di Indonesia diharapkan dapat menjadi Keluarga Sadar Gizi yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya, sehingga tercapai keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga.” ujarnya.
Dia mengatakan keluarga Sadar Gizi atau Kadarzi adalah keluarga dengan perilaku gizi yang baik yang dicirikan dengan mengonsumsi makanan beraneka ragam dengan gizi seimbang Keanekaragaman makanan diperlukan karena tidak ada bahan makanan yang sempurna kandungan zat gizinya. Mengonsumsi makanan beraneka ragam menjamin pemenuhan kebutuhan tubuh akan zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
“Sangatlah penting untuk mempertahankan pola makan yang baik berpedoman pada gizi seimbang. Makanan beragam dan seimbang adalah pilihan makanan keluarga yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan seluruh keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga,” tambahnya
Permenkes no. 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang mengatur susunan pangan sehari-hari harus merupakan kelengkapan jenis bahan makanan sumber karbohidrat, protein nabati, protein hewani, serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang menjadi sumber vitamin dan mineral. Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang dikonsumsi berupa minuman, dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak setelah usia satu tahun. Bagi anak usia sekolah, konsumsi susu sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.