Ilustrasi-Vaksin/Reuters
Health

VAKSIN PALSU: Ini Vaksin Impor yang Dipalsukan

Nancy Junita
Selasa, 28 Juni 2016 - 13:43
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan sebagai penanggung jawab layanan kesehatan menjamin vaksin yang beredar di unit-unit yankes aman dan tidak membahayakan bagi tubuh penerimanya. 

Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Kesehatan, Profesor  Nila Djoewita Moeloek dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (27/6/2016). Nila mengungkapkan hasil investigasi terbaru terkait peredaran vaksin ilegal dikutip dari BUMN Insight:

1.Vaksin Bio Farma tidak ada yang dipalsukan karena menurut pengakuan pelaku yang tertangkap, vaksin Bio Farma hanya digunakan untuk oplosan pembuatan vaksin palsu. Vaksin yang dipalsukan hanya vaksin impor yang harganya mahal, yaitu vaksin produksi Sanofi Pasteur dan GSK.

2.Jenis vaksin ex Bio Farma yang dipakai sebagai oplosan adalah Hepatitis B dan Campak. Sementara, jenis vaksin impor yang dipalsukan adalah:
a.  Vaksin Engerix-B (untuk anak dan dewasa) yaitu vaksin untuk Hepatitis B
b. Vaksin Havrix 720 yaitu vaksin Hepatitis A
c.  Vaksin Pediacel yaitu vaksin kombinasi untuk Pertusis, Difteri, Tetanus, Hib dan IPV

Untuk itu, masyarakat diharapkan tenang dan tetap percaya bahwa vaksin yang dipakai untuk program vaksinasi wajib oleh pemerintahadalah vaksin asli. Jika anak Anda mendapatkan imunisasi di posyandu, puskesmas dan rumah sakit pemerintah atau  mengikuti program pemerintah yaitu imunisasi dasar lengkap yaitu vaksin Hepatitis B, BCG,  DPT-Hib-Hb, Polio dan Campak, maka vaksin disediakan oleh pemerintah yang didapatkan langsung dari produsen dan distributor resmi didistribusikan ke Dinas Kesehatan hingga ke fasilitas layanan kesehatan.

Menurut hasil survei Cakupan Imunisasia tahun 2008  oleh Universitas Indonesia (UI), didapatkan bahwa sebagian besar imunisasi di Indonesia dilaksanakan di posyandu dan puskesmas (88,1 persen) dan hanya 11,9 persen yang dilaksanakan di Rumah Sakit atau Unit Pelayanan Kesehatan Swasta.

Diduga peredaran vaksin palsu tidak lebih dari satu persen di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Ini relatif kecil dibandingkan dengan total jumlah vaksin yang beredar dan wilayah sebarannya.

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro