Fashion

Bagaimana Perusahaan Kosmetika Besar Menilai Tren Label Makeup Indie di Indonesia?

Wike Dita Herlinda
Selasa, 28 Juni 2016 - 13:08
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Setahun belakangan, mulai bermunculan label-label kosmetika baru yang semakin memberi warna pada jagad industri kecantikan di Tanah Air. Label-label baru tersebut lahir bersamaan dengan maraknya tren beauty society di berbagai media sosial.

Biasanya, label-label tersebut berawal dari pemain dengan modal yang tidak terlalu besar, memproduksi dalam jumlah terbatas, dan dipasarkan melalui media sosial atau promosi lewat berbagai beauty vlogger/blogger.

Keterbatasan kapital kerap menjadi ganjalan bagi label-label tersebut dalam menembus standar ritel nasional atau membuka gerai sendiri di pusat-pusat perbelanjaan. Itulah mengapa label tersebut dinamai sebagai label-label kosmetika niche-market atau tematik.

Namun, oleh kebanyakan orang, label-label kosmetika yang semakin banyak bermunculan tersebut dikenal dengan istilah indie makeup. Mereka memperluas seleksi produk kepada konsumen, di luar produk-produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan kosmetika besar.

Menurut Presiden Direktur Mustika Ratu, Putri Kuswisnu Wardani, kemunculan berbagai label kosmetikaindie tersebut memberi warna baru pada dunia kecantikan di Tanah Air. Namun, keberadaan mereka tidak akan menggoyahkan industri kosmetika yang sudah mapan.

Putri, yang juga Ketua Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi (PPA) Kosmetika Indonesia, berpendapat kosmetika indie memiliki pangsa dan segmen pasar yang berbeda dengan perusahaan kosmetika mainstreamyang sudah stabil.

Lalu, bagaimana pandangannya tentang tren maraknya indie makeup lables di Indonesia? Berikut penuturannya:

Bagaimana Anda menilai pergerakanindie makeup brands yang makin masif di Indonesia belakangan ini?

Tidak apa-apa. Anggota-anggota organisasi PPA Kosmetika di bawah saya juga banyak yang membuat produk-produk [niche market] seperti itu. Ada yang menjual produknya tidak dalam skala nasional, tapi hanya di beberapa provinsi atau areal tertentu.

Apakah kemunculan kosmetika indieini mengancam pangsa pasar kosmetika mainstream?

Masing-masing [label kosmetika] punya pangsa pasarnya sendiri. Demikian juga dengan label kosmetika, yang katanya, indie ini. Namun, biasanya label kosmetika indie memiliki pangsa pasar yang sangat spesifik; sama seperti musik indie.

Karena mereka tidak mainstream, biasanya pemasarannya sangat niche[tersegmentasi] atau eksklusif. Dengan kata lain, banyak dari label-label tersebut yang dibuat bukan untuk mass market atau pangsa pasar yang meluas.

Pangsa pasar kosmetika di Indonesia mayoritas masih didominasi sektor yang lebih konservatif, dalam arti mudah didapatkan di outlet-outlet yang biasa memperdagangkan kosmetika.

Dengan kata lain, label kosmetikaindie hanya memperkaya warna industri kosmetika saja, tapi tidak akan menggeser industri makeupbesar?

Pemakai kosmetika biasanya lebih berhati-hati dalam mencoba produk-produk baru dari produsen baru, khususnya di jenis kategori produk yang riskan efek sampingnya bagi kulit. Misalnya saja produk kosmetika dengan warna yang menempel lama di kulit.

Jadi, menurut saya kosmetika-kosmetika indie—seperti halnya musikindie—biasanya tidak akan memasuki pasar mainstream. Namun, dengan adanya media dalam jaringan [daring], mereka bisa merangkul penggermar yang cukup banyak di niche market.

Bagaimana dengan persaingan bisnisnya?

Pastinya kalau banyak brand baru bermunculan, ya ada pengaruhnya juga [bagi bisnis kosmetikamainstream], walaupun pasar juga tetap tumbuh.

Namun, seperti saya bilang, pengguna kosmetika mainstream tetap punya pola pikir hati-hati dalam menentukan pilihan produk yang dipakai.

Jadi, produsen kosmetika yang sudah lama dikenal menjadi faktor utama penentu dan kemudahan mendapatkan produk juga.

Apakah kehadiran kosmetika indiemengubah arah strategi pemasaran perusahaan makeup besar?

Banyak kosmetika indie yang menggunakan media sosial dan promosi melalui beauty guru sebagai strategi pemasarannya. Namun, hal-hal tersebut sebenarnya juga sudah lama dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Bahkan, sejak beberapa tahun lalu.

Kami banyak melakukan kampanye di media sosial dengan menggandeng para beauty bloggers, figur publik, Puteri Indonesia, maupun testimoni orang-orang biasa untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan memperluas pangsa pasar.

Bagaimana dengan strategi mengatasi persaingan harga dan inovasi? Mengingat saat ini banyak label kosmetika indie yang merambah pasar produk yang belum terjamah industri besar dengan harga yang cukup kompetitif.

Masalah harga, tentu masing-masing [perusahaan] ada strategi dan pangsanya sendiri-sendiri. Ada tipe konsumen yang sensitif terhadap harga, tetapi banyak yang lebih mengutamakan jaminan kualitas. Jadi, masalah penetapan harga itu silakan saja. Itu sebuah pilihan.

Kalau masalah inovasi, sudah banyak produk kami [Mustika Ratu] yang menyesuaikan dengan perkembangan tren kekinian. Misalnya saja produk lipstik cair, kami sudah lama punya sebelum booming diproduksi oleh label-label indie.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro