Film Pantja Sila/www.youtube.com
Entertainment

Film Pantja Sila: Cita-cita dan Realita

Atiqa Hanum
Sabtu, 6 Agustus 2016 - 02:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Menguak suatu realita yang tersembunyi di masa lampau bisa mengubah sejarah hingga pandangan hidup manusianya. Sebelum kemerdekaan, Soekarno telah mengungkapkan prinsip suatu negara bernama Pantja Sila.

Dua laki-laki Indonesia, Tyo Pakusadewo dan Tino Saroengallo berusaha merekreasikan sebuah pidato Bung Karno tentang lahirnya Pantja Sila yang diusulkannya. Gagasan dan pemikiran yang diungkapkan Bung Karno dalam orasi tanpa teks, sebelum disepakati sebagai dasar negara di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 1 Juni 1945.

Mengungkapkan sebuah peristiwa tanpa adanya arsip baik audio dan visual, mereka menuturkan kembali apa yang sesungguhnya terjadi di negeri Indonesia pada masa itu, sebelumnya dan realita kini baik secara politis, kultural dan lainnya.

“Pemeran utama film ini adalah pidato Bung Karno dimana pidato yang tersembunyi ini dirasa harus diketahui masyarakat agar memahami arti kemerdekaan dan perjuang pahlawan-pahlawan terdahulu,” bebernya dalam press screening film Pantja Sila, Jumat (5/8/2016).

Film yang berdurasi 78 menit ini hanya menampilkan sosok Bung Karno yang diperankan oleh Tyo sendiri dari awal hingga akhir film guna menunjukkan intisari dari yang diucapkannya mulai dari diksi, kata-kata, intonasi dan gelora yang membara dalam setiap frasa dan parafrasa Bung Karno. Berawal dari ketertarikan sebuah buku yang disembunyikan dari zaman orde baru berisikan pidato-pidato Bung Karno pada masa itu. Satu yang mengganjal hati Tyo adalah pidato mengenai lahirnya Pancasila.

“Kita hanya bisa mengagumi betapa dahsyatnya gagasan dan cara pemikiran Bung Karno saat dia memaparkan ide tentang lima dasar negara, tiga dasar bahkan satu dasar dimana mampu meyakinkan semua pihak bahwa kemerdekaan adalah yang utama,” jelasnya.

Pidato yang tak pernah direkam tersebut memiliki salinan stenografi yang cukup otentik di setiap kata Bung Karno seperti tanda baca hingga parafrase yang sangat kuat. Tyo dan Tino berharap film ini mampu memberikan renungan bagi setiap yang menontonnya dengan melihat ulang landasannya, memperkokoh ideologinya, mengembangkan visinya yang jauh ke depan untuk mewujudkan apa yang seharusnya dimiliki oleh sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

“Kini realita yang ada sangat jauh dari prinsip dan cita-cita Bung Karno kala itu. Tidak banyak individu yang benar-benar memahami arti berkebangsaan itu sendiri. Para pemegang generasi lanjutan semakin jauh dari Pancasila yang harusnya menjadi landasan penting untuk bermasyarakat,” terangnya.

Perlu diketahui film ini akan diputar di seluruh bioskop kesayangan Anda pada 17 Agustus 1945. Bekerja sama dengan Djarum Foundation, film ini juga akan diputar di sekolah-sekolah menengah atas dan kampus-kampus di seluruh Indonesia. Selamat menyaksikan Indonesia!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Atiqa Hanum
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro