Ilustrasi motivasi/Istimewa
Fashion

Kiat Memulihkan Motivasi Kerja yang Tumbang

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 10 September 2016 - 09:09
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang berkata pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang sesuai dengan passion kita. Namun, terkadang itu saja tidak cukup untuk membuat seseorang selalu termotivasi, sehingga menghasilkan performa kerja yang optimal dan stabil.

Tidak sedikit orang yang bekerja lantas mengalami demotivasi. Mereka kehilangan inspirasi dan bisa saja berujung pada keputusasaan, serta muncul keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya. Padahal, sebenarnya mereka mencintai apa yang mereka lakukan.

Banyak faktor yang memengaruhi demotivasi dalam bekerja. Namun, sebagian besar orang mengaku kehilangan semangat, karena memiliki atasan yang terlalu menekan, tidak pengertian, dan tidak mampu menopang potensi yang dimiliki bawahannya.

Beruntung sekali jika atasan tersebut mau berubah menjadi lebih baik pada anak buahnya. Namun, bagaimana jika tidak? Satu-satunya jalan keluar adalah ‘menolong diri sendiri’ dengan menumbuhkan kembali motivasi diri yang telah tumbang.

Langkah awal yang bisa dimulai untuk menumbuhkan motivasi adalah berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Setiap kali mengalami kegagalan atau kekecewaan, jangan langsung berkecil hati melihat kesuksesan orang lain.

Lebih baik Anda menyimpan energi untuk membangun kepercayaandiri dan melakukan perbaikan. Sebab, jika Anda menyalahkan diri sendiri—apalagi orang lain—atas kegagalan yang terjadi, hal itu hanya akan semakin mengeroposi motivasi Anda.        

Hentikan kebiasaan membanding-bandingkan diri sendiri dengan rekan sejawat.

“Sebaliknya, berubahlah menjadi seseorang yang bermental ‘haus kesuksesan’,” sebut Profesor Psikologi di Virginia Tech, Scott Geller, dikutip dari Reuters.

Geller mengatakan, membangkitkan motivasi kerja sebenarnya adalah persoalan bagaimana seseorang memperlakukan dirinya sendiri; apakah dia bermental ‘menghindari kegagalan’ atau ‘haus kesuksesan’.

Dia mencontohkan orang yang bermental ‘menghindari kegagalan’ akan berpikir ‘bagaimana caranya agar jangan sampai saya dikeluarkan dari tempat kerja’. Sebaliknya, orang yang ‘haus kesuksesan’ berpikir ‘bagaimana caranya membekali diri untuk mencapai target saya’.

“Orang yang berorientasi pada strategi-strategi pengembangan diri untuk mencapai kesuksesan cenderung lebih termotivasi ketimbang mereka yang melakukan hal-hal dengan tujuan menyelamatkan dirinya sendiri agar terhindar dari masalah,” tuturnya.

Selain memiliki mental menjadi orang sukses, menumbuhkan motivasi harus dimulai dengan memetakan dan memahami apa tujuan Anda dalam bekerja. Temukan jawaban dari ‘mengapa saya bekerja (di sini)?’

Dengan memahami apa tujuan awal dan alasan bekerja di suatu tempat, seseorang akan lebih mudah memahami target apa yang hendak dicapai. Sehingga, mereka akan memaksimalkan potensi dan tetap termotivasi untuk mencapai target itu.

Teresa Amabile, profesor dari Harvard Business School, menambahkan tip untuk tetap termotivasi adalah menulis buku harian. Dengan mencatat rekam jejak perkembangan Anda selama bekerja, Anda akan merasa termotivasi untuk melakukan lebih baik pada hari esok.

“Anda akan terinspirasi untuk melakukan perkembangan dan kemajuan setiap harinya. Anda akan termotivasi untuk mempertahankan perkembangan yang telah tercapai, dan bahkan mencapai yang lebih baik pada hari berikutnya,” jelasnya.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah jangan anti terhadap kritik. Tentunya, tidak ada orang yang menyukai teguran saat mereka melakukan sebuah kesalahan. Namun, tetap dengarkanlah komentar orang lain sebagai salah satu bentuk masukan.

Anggaplah sebuah kritik sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan. Jika Anda menerima kritik dengan pikiran jernih, Anda pasti bisa memahaminya sebagai sebagai saran berharga untuk mengembangkan diri.

Tip lain untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan membiasakan diri bergaul bersama orang-orang yang berkualitas. Pergaulan dengan orang-orang pintar memang bisa menimbulkan rasa minder atau terintimidasi.

Bagaimanapun, anggaplah itu sebagai sebuah tantangan agar Anda bekerja lebih keras dan belajar lebih serius. Pergaulan dengan orang yang lebih superior dalam segala hal dibanding Anda akan memotivasi Anda untuk belajar lebih banyak dan bekerja lebih baik.

Terakhir, jadikan keinginan untuk belajar dan bekerja keras sebagai sebuah kebiasaan. Latih diri untuk terbiasa menyelesaikan tugas dengan akurat dan tepat waktu. Namun, bukan berarti Anda harus memaksakan diri untuk bekerja lebih keras tanpa mengenal waktu.

Sebab, pada kenyataannya, orang yang bekerja terlalu keras dan selalu tenggelam dalam kesibukan pekerjaan yang menyita waktu justru adalah orang yang tidak efektif, kontraproduktif, dan mudah terdemotivasi.

Sebaliknya, seimbangkan antara waktu istirahat dan deadline yang menumpuk. Anda harus tahu kapan ‘cukup adalah cukup’ dan kapan Anda harus berhenti untuk relaksasi atau menjauhi urusan pekerjaan.

“Tentukan batas waktu untuk berhenti bekerja yang realistis bagi diri Anda sendiri. Berhenti membalas e-mailsetelah pukul 20.00 WIB, jangan menggunakan akhir pekan untuk melanjutkan pekerjaan. Dengan demikian, Anda akan merasa lebih segar dan lebih produktif pada hari kerja.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro