Bisnis.com, JAKARTA - Nama Danny Oei Wirianto tidak asing lagi bagi siapapun yang berkecimpung di bidang digital. Kiprahnya melahirkan dan berperan mengembangkan beberapa perusahaan digital, menjadi bukti bahwa Danny adalah technopreneur handal.
Setidaknya ada 15 perusahaan digital yang telah dilahirkan dan dibesarkannya antara lain SemutApi Colony, Klix Digital, MediaXasia, MerahPutih Inc., Mindtalk, Bolalob, DailySocial, Infokost.net, Kaskus, KrazyMarket, Kincir, Lintas.me, dan OneB1t. Seluruh perusahaan digital ini bernaung di bawah bendera Merah Cipta Media Group (MCM).
Dia juga menerima banyak penghargaan antara lain Citra Pariwara (2007), The CMO (Chief Marketing Officer) Asia Award dari CMO Association (2010), Top 3 Best Mentors of Founder Insitute in Asia (2013). Namun, tidak banyak yang mengetahui jika figur dalam bidang digital ini, pernah dua kali tidak naik kelas dan bekerja sebagai office boy.
Danny bercerita sebelum melahirkan sejumlah perusahaan digital, dirinya pernah dua kali tidak naik kelas ketika duduk di bangku SMP. Dia merasa tidak cocok dengan sistem pendidikan di Tanah Air, dimana siswa lebih banyak diajarkan menghafal dan mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Kondisi ini pula yang mendorong Danny akhirnya melanjutkan kuliah di Kendall College of Art and Design, Michigan, AS.
"Oleh karena itu, di Indonesia, saya termasuk dalam kelompok murid yang bodoh," tuturnya seperti diceritakan dalam buku Think Fresh!.
Dia menempuh pendidikan di Kendall College of Art and Design, Michigan, AS, yang sesuai dengan minatnya. Namun, tantangan tidak berhenti setelah menempuh pendidikan di luar negeri.
Semasa pendidikan di AS, Danny harus bekerja paruh waktu sebagai office boy untuk membiayai hidup. Pada masa yang sama, dia juga bekerja sebagai tutor. Melakoni dua pekerjaan sekaligus dalam satu waktu mengajarkan Danny bahwa bekerja mengandalkan otak dapat memberikan hasil lebih besar daripada mengandalkan tenaga.
"Karena itu saya akhirnya memilih untuk lebih fokus pada pekerjaan yang menggunakan pikiran," imbuhnya.
Kerja kerasnya berbuah manis. Pada 1997, Danny lulus dengan nilai cum laude. Saat itu, dia sudah mengenal internet dan berlajar tentang HTML. Dari kemampuan itu, dia membangun website untuk menampilkan portofolio seninya.
Seperti gayung bersambut, Danny mendapat tawaran kerja dari perusahaan Adobe System, Inc. Namun, Adobe bukan tertarik pada talenta seninya, tetapi pada ketrampilan di bidang photoshop dan membangun website.
Setelah dua tahun bekerja sebagai Art Director di Adobe, Danny lantas berpindah ke Agency.com. Di sana dia bertugas mengembangkan kantor cabang Agency.com di Seoul, Korea Selatan.
Pada 2001, dia bersama rekan-rekannya merintis SemutApi Colony (SAC) di Chicago, AS. SAC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang branding dan marketing. Pada 2003, Danny memindahkan SAC ke Jakarta. Seiring dengan makin baiknya infrastruktur internet di Tanah Air, Danny membangun digital agency yakni Klix Digital pada 2007. Setelah itu, beberapa perusahaan digital lahir dari tangannya.
Perjalanan jatuh bangun ini tidak lantas menyurutkan langkah Danny menjadi pengusaha. Pengusaha memang menjadi cita-citanya sejak kecil. Danny menempa dirinya dengan ‘mantra-mantra’ sukses yang dia ciptakan sendiri. Mantra-mantra ini terangkum dalam buku Think Fresh! yang baru diluncurkan akhir September kemarin. Salah satu mantranya adalah menyelesaikan pekerjaan secara maksimal. Dia meyakini bahwa seseorang akan mengapresiasi hasil kerja yang detail dan lebih dari yang lain. Uang akan mengikuti seiring dengan kualitas.
Lelaki berpenampilan sederhana ini berharap buku Think Fresh! yang merangkum pengalamannya selama 20 tahun di bidang digital, dapat memberi inspirasi bagi generasi millenial. Jika banyak orang terinspirasi dari kreativitas sosok Danny, lantas siapa yang menginspirasinya?
“Saya selalu terinspirasi dari orang-orang hebat. Giring [Nidji], Yoris Sebastian, dan semua orang-orang hebat,” imbuhnya saat meluncurkan buku Think Fresh!.
Relationship
Danny Oei Wirianto: Sempat Tidak Naik Kelas, Sukses Bangun Perusahaan Digital
Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Martin Sihombing