Ilustrasi/Istimewa
Fashion

Meningkatkan Kualitas Barista Indonesia

Azizah Nur Alfi
Sabtu, 12 November 2016 - 13:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia terkenal sebagai penghasil kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai pengekspor robusta terbesar setelah Vietnam. Namun demikian, kualitas barista Indonesia masih kalah dengan negara-negara bukan produsen utama kopi.

Sepanjang 2016, barista Indonesia belum sukses menembus peringkat 10 besar di ajang kejuaraan dunia. Indonesia baru mampu menembus peringkat 15 dalam World Barista Championship (WBC) yang diraih Yoshua Tanu. Adapun, peringkat 23 World Brewers Championship (WBrC) diraih Ryan Wibawa, peringkat 35 World Latte Art Championship (WLAC) diraih Ovie Kurniawan, dan peringkat 23 World Cup Tasters Championship (WCTC) diraih Hageng Pribadi.

Pengawas Barista Guild of Indonesia (BGI), organisasi profesi Barista se-Indonesia, Irvan Helmi berpendapat rendahnya peringkat barista Indonesia di ajang kejuaraan dunia disebabkan belum terciptanya ekosistem yang mendukung barista. Ekosistem ini berupa tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang dibutuhkan barista pada kejuaraan tersebut, misalnya ketika menciptakan signature beverage.

Sementara pada kejuaraan dunia, barista Indonesia kerap berjuang sendiri tanpa didampingi tim. Berbeda dengan pengalaman beberapa negara yang menjadi langganan kejuaraan kebaristaan dunia, selalu didampingi tim yang solid.

Dia berharap barista Indonesia dikenal di mata dunia, sebagaimana kopi Indonesia. “Profesi barista adalah salah satu ujung tombak industri kopi. Enak tidaknya secangkir kopi sangat tergantung pada bagaimana barista menyajikan,” tuturnya.

Co-Founder ABCD School of Coffee Ve Handojo mengatakan, selain tim yang solid, kunci kemenangan barista pada kejuaraan dunia adalah mematuhi peraturan yang ditetapkan World Coffee Events. Sayangnya, banyak barista Indonesia tidak memahami peraturan tersebut, baik karena kendala bahasa maupun pengalaman.

“Maka itu barista perlu didampingi coach. Coach biasanya orang yang telah berpengalaman mengikuti kompetisi dunia itu,” imbuhnya.

Upaya meningkatkan kualitas dan peringkat barista Indonesia di mata dunia yakni melalui penyelenggaraan rangkaian kompetisi kebaristaan dengan standarisasi dari acara kompetisi internasional. Jika wakil Indonesia diperoleh dari hasil seleksi, juri, dan fasilitas pendukung berstandar internasional, maka target peringkat 10 besar di ajang kebaristaan dunia optimis dapat tercapai.

Sekretaris BGI Cindy Herlin Marta menyebut kompetisi yang akan dihelat dalam waktu dekat adalah International Coffee Events 2017 mulai Desember besok. Hak persetujuan ICE di Indonesia dipegang oleh Speciality Coffee Association of Indonesia (SCAI), yang diberikan oleh World Coffee Events (WCE). Adapun, BGI bertugas mengorganisir kompetisi yang memasuki tahun keenam ini.

Cindy yang juga Ketua Pelaksana ICE 2017 menjelaskan, kompetisi yang akan dipertandingkan meliputi Indonesia Barista Championship (IBC), Indonesia Brewers Championsip (IBrC), Indonesia Latte Art Championship (ILAC), dan Indonesia Cup Tasters Championship (ICTC). Kompetisi dimulai dengan penyisihan regional yakni Eastern Championship (Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, dan Papua) pada 2-4 Desember 2016 di Bali dan Western Championship (Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan) pada Januari 2017 di Jakarta. Selanjutnya, para pemenang regional akan bertanding di babak semifinal pada 5-7 April 2017 di Jakarta. Mereka akan dinilai oleh coffee enthusiast yang terdiri dari pakar kopi tingkat dunia, serta relawan yang telah melalui ujian sertifikasi.

Di banding tahun lalu, kata Cindy, jumlah peserta kompetisi pada tahun ini lebih dibatasi. Salah satu caranya dengan mempersempit regional menjadi dua regional. Dengan demikian, perusahaan tempat barista bekerja akan mengirimkan barista terbaiknya.

Nantinya, pemenang dari kompetisi ini akan diberangkatkan untuk bertanding di ajang kejuaraan dunia yakni World Barista Championship (WBC) di Korea Selatan, serta World Brewers, Latte Art, dan Cup Taster Championship di Budapest, Hungaria.

"Jadi kompetisi ini bukan ajang coba-coba para barista, tetapi dipersiapkan dan dibiayai betul oleh perusahaan tempat barista bekerja. Perusahaan tersebut juga akan mendapatkan branding jika barista yang dikirimkan menang," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro