Bisnis.com, JAKARTA - Mongolia selalu menawarkan hal unik. Bukan saja tradisi sebagian penduduknya yang nomaden atau berpindah-pindah, melainkan juga cara memasak yang khas pada salah satu kuliner tradisionalnya, Khorkhog.
Executive Chef Tanjung Lesung Hotel, Eka Arief Hadi, menyebut Khorkhog sebagai barbekyu ala Mongolia. Khorkhog merupakan daging yang dipanggang dengan menggunakan kumpulan batu panas dalam sebuah wadah.
Bahan dasar Khorkhog terdiri dari potongan daging domba, kentang, wortel, dan kol. Adapun, sebagai penambah citarasa menggunakan paduan bawang putih, lada hitam, dan garam.
"Penduduk Mongolia anti menggunakan MSG," tuturnya.
Chef Eka terlebih dulu membakar batu koral hingga panas. Batu ini menjadi kunci dalam pemasakan Khorkog.
Selanjutnya, dia menyusun daging dan batu dalam tungku. Susunan paling bawah untuk daging bagian paha. Di atasnya diletakkan batu panas. Kemudian susun lagi dengan daging, selanjutnya batu panas, dan begitu seterusnya. Terakhir, sayuran diletakkan di susunan paling atas. Penataan dengan cara ini agar daging matang secara merata.
Langkah terakhir adalah memasaknya selama satu jam. Di daerah asalnya, Khorkog dimasak menggunakan tungku. Namun, kali ini Chef Eka menggunakan panci presto selama satu jam. Hasilnya adalah daging domba yang empuk dan lembut. Adapun, sayuran memiliki citarasa gurih karena tercampur dengan kuah kaldu yang dihasilkan daging.
Khorkog dapat dimakan langsung tanpa pendamping apapun. Namun, sebagian orang Mongolia menyukai Khorkog yang disajikan bersama nasi dan saus cabai.
"Masakan Mongolia dikenal dengan makanannya yang alami dan sehat," imbuhnya.
Chef Eka menyebut satu kali proses pemasakan menggunakan 20 kg daging domba yang disajikan untuk 17 orang. Porsi yang besar ini tidak lagi mengherankan sebab mereka hidup di wilayah dengan suhu udara dingin. Konsumsi daging merah akan memberikan energi dan menghangatkan tubuh.
Proses penyajiannya pun cenderung unik. Selain daging dan sayuran tertata dalam piring panjang. Chef juga menata batu panas tersebut ke mangkok untuk disajikan. Batu yang panas dipercaya menyimpan energi dan dinilai ampuh menghilangkan sakit pada bagian tubuh.
Untuk menyajikan sejumlah menu ini, Chef Eka perlu belajar selama 10 hari ke Chef Mema, chef asal Mongolia. Hasilnya, citarasa tak berbeda jauh dengan negara asalnya.
"Ini sama dengan yang dimasak di Mongolia," katanya.
Warga Ulaanbaatar, Mongolia, Bagi, mengatakan Khorkog biasanya dimakan saat perayaan hari besar bersama-sama keluarga. Khorkog sama halnya dengan barbekyu, yang berbeda adalah daging dipanggang di dalam batu.
Selain menyantap daging dan sayuran, Bagi menyarankan untuk meminum sedikit kaldu yang dihasilkan. Dia menyebutnya sup.
"Sedikit saja. Bagiamana rasanya?" ajaknya.
Selain menyantap Khorkog, Bagi kerap menggunakan batu yang masih panas untuk ditempel pada bagian tubuhnya. Menurutnya, batu panas tersebut menyimpan banyak energi yang bermanfaat untuk kesehatan.
Bagi saat ini tengah berlibur di Indonesia selama satu bulan. Usai berlibur ke Tanjung Lesung, Bagi akan meneruskan perjalanan ke Yogyakarta, kemudian kembali ke Mongolia.