Bisnis.com, JAKARTA - Bagi banyak orang Indonesia, pernikahan merupakan sebuah selebrasi yang harus digelar penuh semarak, dan tak jarang; ‘besar-besaran’. Masih banyak orang yang memandang resepsi pernikahan sebagai ajang pesta jor-joran untuk menunjukkan status sosial.
Maka tidaklah mengherankan jika industri terkait pernikahan di Tanah Air berkembang sangat subur. Bahkan, nilai bisnis berbasis pernikahan di republik ini terus meroket setiap tahunnya dengan perputaran kapital lebih dari US$7 miliar/tahun.
Apalagi, resepsi pernikahan di Indonesia memiliki tren yang terus berkembang progresif dari tahun ke tahun. Baik dari segi penganggarannya, perencanaan, hingga seluk beluk persiapan serta hal-hal lainnya.
Lantas, seperti apakah tren pernikahan di Indonesia pada 2017? Seperti apa jenis resepsi pernikahan yang bakal digandrungi pada tahun ini? Bagaimana pula perilaku rerata calon mempelai Indonesia dalam mempersiapkan acara pernikahannya?
Sebuah data tahunan yang dilansir oleh wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara, Bridestory, mengungkapkan industri pernikahan di Indonesia mengalami perubahan signifikan setiap tahunnya, terutama dalam hal persiapan dan perencananan resepsi.
“Kami melihat bahwa ranah pernikahan Indonesia mulai memasuki dunia digital pada beberapa tahun terakhir. Tingkat penggunaan ponsel pintar yang tinggi menjadi faktor yang memengaruhi calon mempelai dalam merencanakan pernikahan mereka,” tutur CEO Bridestory Kevin Mintaraga.
Perubahan perilaku para calon mempelai itu terungkap dalam Laporan Tren Pernikahan 2017. Riset itu dilakukan dengan metode survei terhadap 5.000 responden (6,7% laki-laki dan 93,3% perempuan) baik yang sudah maupun akan melangsungkan pernikahan pada 2017.
Survei dilakukan oleh Bridestory sepanjang Desember 2016 dengan mengundang responden via surel untuk menjawab pertanyaan seputar proses perencanaan pernikahan mereka. Data yang dihasilkan merupakan representasi dari kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali.
Dari survei itu terungkap bahwa 40,2% calon mempelai di Indonesia membutuhkan waktu 7 bulan—1 tahun bertunangan sebelum menikah. Sementara itu, 21,9% butuh waktu 3-6 bulan, 12,6% butuh <3 bulan, 6,1% butuh 1-2 tahun, dan hanya 5,6% saja yang tidak bertunangan.
Mengikuti tradisi, 68,3% orang Indonesia yang akan menikah mengandalkan pencarian tanggal baik. Adapun, 52% orang Indonesia mengaku ingin menikah antara Agustus—Desember, dengan September sebagai bulan paling favorit untuk menikah di Indonesia.
Dari segi anggaran pernikahan, survei menunjukkana adanya penurunan jijka dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebanyak 56,1% responden mengaku membiayai pernikahannya sendiri dan 32,8% mengungkapkan adanya andil dari orang tua.
“Sebagian besar atau sekitar 40%--60% dari anggaran pernikahan tersebut dialokasikan untuk kategori venue, katering, dan dekorasi,” papar Kevin.
Rata-rata anggaran yang dikeluarkan orang Indonesia untuk foto preweddingadalah Rp8 juta—Rp20 juta, untuk foto dan video saat hari pernikahan Rp15 juta—Rp30 juta, untuk tata rias dan rambut Rp8 juta—Rp15 juta, dan untuk dekorasi Rp20 juta—Rp100 juta.
Dengan pagu anggaran tersebut, 51,8% calon mempelai yang mengaku membukukan pengeluaran sesuaibudget yang ditetapkan. Sebanyak 42,9% lainnya menghabiskan uang untuk resepsi lebih dari pagu yang disepakati. Hanya 5,3% saja yang di bawah anggaran.
Biaya pernikahan di Indonesia untuk tamu kurang dari 50 orang berkisar antara Rp25 juta—Rp40 juta, tamu 50-100 orang berkisar Rp30 juta—Rp70 juta, 100-300 orang antara Rp70 juta—Rp150 juta, 301—500 orang antara Rp150 juta—Rp300 juta, 501 orang—1.000 orang antara Rp250 juta—Rp600 juta, dan untuk tamu di atas 1.000 orang adalah di atas Rp600 juta.
Sementara itu, ternyata mayoritas pengambil keputusan dalam persiapan pernikahan di Indonesia adalah mempelai wanita (49,4%), disusul orangtua mempelai wanita (14,5%), mempelai pria (11,9%), orang tua mempelai pria (5,5%), dan pihak lain (18,7%).
Dari segi lokasi penyelenggaraan pernikahan, 74,1% pasangan calon mempelai mengaku lebih memilih kota tempat tinggal sebagai lokasi acara. Sebanyak 25,9% mengaku ingin menikah di luar kota/negeri; khususnya di Bali, Bandung, Singapura, dan Jakarta.
Salah satu tren yang paling mencolok di Tanah Air adalah penggunaan media online dalam persiapan pernikahan. Sebanyak 78,5% calon mempelai lebih mengandalkan penggunaan undangan digital ketimbang cetak.
Sejumlah 48% dari mereka menghabiskan waktu 5—14 jam per pekan untuk persiapan pernikahan, 36,2% menghabiskan < 5 jam/pekan, 11,9% antara 15-25 jam/pekan, dan 3,9% menghabiskan > 25 jam/pekan.
Menurut, Kevin 42% dari pasangan tersebut menghabiskan 25%--50% dari waktu persiapan pernikahan mereka di media online. Merek menjajaki berbagai platform seperti Bridestory (16,4%), media sosial seperti Facebook dan Instagram (13,2%), dan berbagai macam search engine (10,7%).
GAYA RESEPSI
Pada 2017, gaya resepsi prasmanan masih akan mendominasi pilihan para calon mempelai di Indonesia (69,7%). Hanya 30,3% calon mempelai saja yang memilih gaya resepsi duduk untuk pernikahan mereka.
Untuk pilihan suvenir; aksesori (37,1%) menjadi preferensi favorit para pasangan yang hendak menikah tahun ini, disusul peralatan makan (22,3%),stationery (12,1%), wewangian (9,0%), makanan (4,5%), dan lainnya (15%).
Sementara itu, tren pernikahan tradisional pada 2017 masih akan didominasi oleh pemakaian gedung serba guna dan rumah sebagai venue. Sebanyak 42,2% calon mempelai mengaku tidak menggunakan jasa wedding organizer untuk pernikahan tradisional.
“Dari segi tema, untuk pernikahan tradisional tahun ini masih akan didominasi oleh tema tradisional klasik, disusul tema kebun ataubotanical, dan tema modern minimalis. Adapun lima warna tematik terfavorit a.l. merah, emas, pink, putih, dan biru dongker,” imbuh Kevin.
Untuk pernikahan tradisional, warna kebaya mempelai yang akan menjadi tren tahun ini a.l. emas, lavender, perak, hijau, dan putih. Sementara itu, warna kebaya ibu mempelai yang banyak disukai a.l. merah, peach¸dan emas.
Dari segi pagar ayu, kebanyakan mempelai dengan konsep pernikahan tradisional mengaku butuh 15 orang pagar ayu. Mereka lebih menyukai busana kebaya dan two-piece untuk pagar ayunya dengan warna terfavorit a.l. pink, merah, peach, kuning, dan hijau toska.
Di sisi lain, tren pernikahan gaya internasional pada 2017 masih akan banyak menggunakan hotel dan gedung serba guna sebagai venue. Berbeda dengan pernikahan gaya tradisional, hanya 26,4% mempelai gaya internasional yang tidak menggunakan jasa wedding organizer.
Sebagai tema, pernikahan internasional di Indonesia pada tahun ini akan didominasi oleh konsep kebun/botanical, fairy tale, dan rustic. Sementara itu, lima warna tematik terfavorit untuk pernikahan internasional a.l. emas, pink, putih, hijau, dan biru muda.
“Dari sisi model gaun, untuk pernikahan internasional yang paling banyak disukai berturut-turut adalahball gown, a-line, dan mermaid. Untukneckline-nya, para mempelai lebih menyukai potongan off shoulder, strapless, dan illussion.”
Warna busana untuk ibu mempelai yang menjadi favorit untuk pernikahan internasional a.l. merah, emas, dan biru dongker. Adapun, model tuksedo mempelai pria yang disukai a.l. single-breasted suit, three-piece suit, dandouble-breasted suit warna hitam, abu-abu, dan biru dongker.
Untuk pernikahan internasional, kebanyakan mempelai di Indoensia mengaku hanya membutuhkan 2-6bridesmaids alias jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan pernikahan tradisional.
Model busana gaun seragam menjadi pilihan utama untuk para bridesmaids, disusul gaun dengan variasi model. Adapun, seleksi warna favorit untuk brides maids pada pernikahan gaya internasional a.l. pink, abu-abu, peach, biru muda, dan putih.
Meskipun mayoritas calon mempelai di Indonesia sangat perhatian pada detail persiapan pernikahan, mereka mengaku masih banyak hal yang membuat menyesal pada saat melangsungkan resepsi.
Keluhan terbanyak pada pernikahan di Indoensia a.l. waktu persiapan yang terlalu pendek, kehabisan makanan saat resepsi, hasil foto dan video pernikahan yang tidak memuaskan, kurang koordinasi dengan vendor pernikahan, dan venue yang terlalu sempit.
“Melalui survei ini, kami berharap dapat memberikan inspirasi dan membantu calon pengantin dalam mempersiapkan hari bahagia mereka. Di sisi lain, kami juga berharap agar laporan ini dapat menjadi acuan bagi vendor pernikahan di Indonesia agar dapat lebih memahami perilaku setiap calon pengantin,” kata Kevin.