Bisnis.com, JAKARTA-- Kemampuan berbahasa adalah aset tak ternilai bagi anak, karena menjadi salah satu indikator yang menentukan perkembangan kognitif di kemudian hari.
Namun, yang kerap terjadi adalah muncul keraguan dari orangtua ketika ingin mengenalkan bahasa asing pada anak. Belajar bahasa asing sejak dini dianggap dapat menyebabkan kebingungan bahasa yang berujung pada berbagai masalah lainnya di kemudian hari, seperti keterlambatan bicara hingga masalah bersosialisasi.
Menjawab ketakutan tersebut, English First menggelar talkshow bertajuk Multilingual Sejak Dini, Kenapa Tidak? di EF Center, Jakarta, Rabu (22/2). Acara ini dihadiri oleh Psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli, M.Psi., Psi, Director of Studies EF English First Jakarta, Meta Fadjria, dan Donna Agnesia selaku Brand Ambassador EF English First lndonesia.
Dalam pemaparannya, Vera mengatakan jika dalam tahap pertumbuhan anak memiliki usia emas atau golden age (0-6 tahun) yang merupakan saat dimana perkembangan bahasa anak akan mengalami kemajuan pesat. Pada usia inilah biasanya kemampuan bahasa pertama anak sudah semakin matang dan dapat mulai diperkenalkan dengan bahasa asing.
Lebih lanjut Vera menjelaskan jika keraguan dari orangtua mengajarkan anaknya bilingual merupakan mitos semata. “Yang perlu dipahami ketika anak dipaparkan Iebih dari satu bahasa, maka akan terjadi peleburan dari bahasa-bahasa tersebut (code mixing). Hal itu sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak yang belajar multilingual,” katanya.
Vera menambahkan jika peleburan bahasa yang dilakukan anak merupakan bagian dari proses untuk kelak mampu menguasai bahasa-bahasa yang diperkenalkan dengan balk. Seiring usia kondisi ini akan hilang dengan sendirinya.
Mengenai kekhawatiran orangtua dengan keterlambatan wicara pada anak, Vera juga menjelaskan jika berdasarkan penelitian perkembangan berbahasa, bayi yang dipaparkan Iebih dari dua bahasa tidak akan mengalami keterlambatan wicara.
Setiap manusia sejak bayi telah memiliki program di dalam otak yang disebut Language Acquisition Device (LAD). Hal inilah yang memungkinkan bayi dapat melakukan analisa dan memahami aturan dasar dari bahasa yang mereka dengar hingga akhirnya mereka bisa berbahasa dengan baik. “Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa,” papar Vera.