Bisnis.com, JAKARTA— Nurholish Madjid Society menggelar nonton bareng dan diskusi film Bid’ah Cinta karya sutradara Nurman Hakim di bawah rumah produksi Kaninga Pictures, Rabu (22/3).
Film Bid’ah Cinta mengangkat sebuah persoalan perdeaan pandangan keagamaan antara dua orang tua yaitu H. Rohili dan H.Jamat yang berimbas pada retaknya hubungan asmara Kamal (Dimas Aditya) dengan Khalida (Ayushita), anak-anak mereka.
Khalida dibesarkan di lingkungan Islam tradisional merasa sangat terganggu dengan situasi ini, sementara Kamal juga merasa sulit karena terbentur pemahaman agama yang membuat hubungan mereka tak pernah lancar.
Dalam diskusi ini dihadirkan berbagai pembicara, ada budayawan, Muhammad Sobari, Lakpesdam NU, Rumadi, dari Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq dan mahasiswai Universitas Paramadina, Tsamara Amani.
Dalam diskusi ini, sang sutradara mengungkapkan jika film ini berangkat dari keresahannya dengan situasi konflik agama yang banyak terjadi di lingkungannya. Nurman yang juga merangkap sebagai penulis cerita prtama kali mencetuskan ide ini pada 2013. PAda 2015 ide ini baru benar-benar terealisasi dan akhirnya bisa disaksikan penonton sejak 16 Maret 2017. “Ternyata konflik agama ini bukan lagi di sudut-sudut daerah, tapi sudah ada di level nasional,” katanya.
Dalam pemaparannya, Muhammad Sobari selaku budayawan mengungkapkan apresiasinya terhadap film ini. Menurutnya film ini mennggambarkan ketegangan antara dua organisasi Islam yang memang sejak dulu sudah terjadi. Namun Sobari menganggap jika ketegangan tersebut didasari oleh rasa cinta. “Mereka sama-sama tidak menginginkan kelompok lain tersesat. Ini dasarnya karena cinta,” katanya.
Film ini memang banyak menyajikan prbedaan-perbedaan paham di masyarakat yang selama ini ada yang menganggapnya sebuah ritual dan ada yang menganggapnya sebagai bid’ah karena tak pernah dicontohkan di zaman Rasululloh SAW. Namun, film ini menunjukkan kekuatan cinta dan diplomasi yang pada akhirnya bisa kembali menyatukan ketegangan yang terjadi selama ini.