Bisnis.com, JAKARTA - Butuh perjuangan ekstra untuk melawan penyakit tuberkulosis (TB).
Mantan pasien TB yang juga Ketua Pejuang Tangguh Ully Ulwiyah menuturkan, sejak umur 10 tahun ketahuan mengidapTB, tetapi sudah agak terlambat. Ketahuan TB, ketika umur 12 tahun karena dirasa waktu itu badannya tidak gemuk.
Singkat cerita dia kambuh lagi ketika SMA. Pada Januari 201, dia dinyatakan sembuh, tetapi pada Maret 2011 terkena radang paru-paru akut yang mengharuskan rawat ICU selama 10 hari. Pada Mei 2011, berdasarkan hasil cek kultur dinyatakan positif TB-MBR.
“Di awal pengobatan saya hanya minum sembilan butir obat, tetapi ditambah menjadi 15 butir obat sekali minum. Efek sampingnya mulai dari mulai yang ringan sampai berat dan jenuh. Pada 15 Maret 2013, saya dinyatakan sembuh,” ujar Ully, Selasa (28/3/2017).
Dia mengungkapkan, bahwa sebagai mantan pasien takutnya takut luar biasa karena tidak mau menderita lagi. Menderita TB MBR itu luar biasa berat. Bukan sekadar minum obat dan suntik. Efeknya pengobatan. Jangan sampai anak dan keluarga tertular.
Pada 2013 bersama sejumlah mantan pasien RS Persahabatan mendirikan organisasi pasien TB MBR Pejuang Tangguh (Peta) yang sudah berbadan hukum.
Dijelaskan setiap hari melakukan pendampingan penderita TB karena saat divonis itu rasanya seperti disambar petir. Seakan-akan sudah tak ada harapan hidup. Peta melakukan pendampingan di 42 Puskesmas di DKI Jakarta.
“Total sudah ada 470 pasien yang sembuh.”