Bisnis.com, JAKARTA— Setiap tahunnya, pada 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Kartini dikenal sebagai sosok pahlawan emansipasi wanita yang banyak berperan dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Tahun ini, Sutradara Hanung Bramntyo mempersembahkan cara berbeda untuk memperingati hari Kartini lewat karya filmnya bertajuk Kartini. Keinginan besar seorang Hanung ingin mengangkat kisah Kartini tak lain karena kesadarannya sebagai pembuat film yang ingin menciptakan kembali kehidupan tokoh Kartini agar bisa dinikmati, sekaligus diresapi maknanya oleh penonton.
Di film ini Hanung ingin mengajak orang melihat sebuah paparan kehidupan. Hanung pun menghilangkan banyak dialog yang sifatnya seperti petuah karena ingin penonton belajar dari film ini bukan karena petuah-petuahnya tetapi dari bagaimana sikap Kartini, bagaimana aksi dari Kartini.
“Saya ingin mempersembahkan film ini untuk generasi sekarang dengan mencoba merekonstruksi tokoh-tokoh sejarah. Seperti sebelumnya yang saya lakukan di film Sang Pencerah yang mengangkat tokoh Ahmad Dahlan,” kata Hanung dalam konferensi pers, Rabu (5/4) di Jakarta.
Di film ini, Hanung berusaha mengemas sebuah sejarah Kartini dengan tafsiran yang sangat kekinian. Tak lain karena Hanung ingin membuat anak muda bisa menikmati film sejarah secara ringan dan dapat dinikmati.
Untuk mendalami sosok Kartini, Hanung membaca banyak referensi dari buku-buku biografi Kartini. Namun yang paling menginspirasinya saat menemukan buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya. Karena menurutnya cerita dalam buku Pram sangat seseuai dengan kondisi saat ini.
“Sejujurnya yang membuat aku tertarik membacanya karena judul yang sangat provokatif buatku. Panggil aku Kartini Saja. Aku tertarik dengan satu kata diakhir kalimat itu, SAJA. Seolah ada yang harus ditegaskan untuk memberikan arti pada sebuah nama,” kata Hanung.