Bisnis.com, WINA – Duta Besar RI di Wina, Dr. Darmansjah Djumala, mengatakan partisipasi Indonesia dalam MQ Vienna Fashion Week 2017 merupakan kampanye yang sarat makna.
“Ada nilai-nilai sejarah dan seni budaya yang terkandung dalam batik, lurik, dan tenun yang ingin kita sampaikan kepada publik di Austria. Kita berharap masyarakat Austria, khususnya dari kalangan industri fashion, tidak hanya mengenal tekstil tradisional Indonesia, namun juga tertarik lebih jauh untuk berkunjung ke daerah-daerah wisata di Indonesia yang menjadi sentra pembuatan tekstil tradisional tersebut, seperti Yogyakarta, Maumere, dan berbagai tempat wisata lainnya di NTT,” ujar Duta Besar Djumala di sela-sela acara MQ Vienna Fashion Week, Selasa (12/9/2017).
Tahun ini, Indonesia kembali berpartisipasi di acara pekan mode tahunan yang diadakan di Museums Quartier, Wina, Austria tersebut. Selasa kemarin, para pencinta fashion di Kota Wina mendapat suguhan peragaan busana dari Lulu Lutfi Labibi, Handy Hartono, dan koleksi tas kulit dari Warnatasku karya Ervina Ahmad.
Masing-masing desainer menampilkan 22 look dari koleksi musim semi dan musim panas 2018. Kali ini Lulu Lutfi Labibi menampilkan koleksinya yang berjudul “Odyssey” dengan ciri khasnya berupa penerapan teknik drapery pada bahan Lurik yang diproduksi oleh pengrajin dari daerah Klaten, Jawa Tengah.
Sementara Handy Hartono menampilkan koleksinya yang berjudul “Eco Eastern” yang terbuat dari kain tenun tangan dari Nusa Tenggara Timur dan dipadukan dengan kain Sarita khas Toraja dengan nuansa warna merah yang kental. Masih menggunakan tekstil tradisional dari kawasan Indonesia timur, koleksi tas kulit dari Warnatasku mengangkat tema “Maumere: Treasure from the East” yang menonjolkan penggunaan tenun ikat dengan pewarnaan alami dari Maumere.
MQ Vienna Fashion Week merupakan sebuah acara fashion berskala internasional yang diselenggarakan setiap tahun di kota Wina oleh Creative Headz dan didukung oleh Kamar Dagang Austria (Wirstschaftskammer Österreich). Kegiatan tersebut telah menjadi ajang pertemuan penting bagi para desainer, ekshibitor, dan berbagai kalangan industri mode dan fashion lainnya, baik yang berasal dari Austria maupun negara-negara di sekitarnya. Di samping pagelaran busana, agenda kegiatan MQVFW juga meliputi side event, pameran produk-produk industri mode dan fashion, dan Business to Business meeting. Rata-rata setiap tahunnya event tersebut menarik sekitar 10.000 pengunjung dan diliput oleh lebih dari 15 media partner.
Sambutan publik Austria sangat positif. Menurut Zigi Mueller Matyas, salah satu pimpinan Creative Headz sekaligus kurator MQ Vienna Fashion Week, penampilan desainer dari Indonesia sangat menonjol. Tidak hanya penggunaan bahan tekstil yang berbeda karena menggunakan tekstil tradisional, namun juga dari segi pemilihan warna dan teknik pembuatan baju.
“Pemilihan warna sangat bagus. Fashion di Austria cenderung menggunakan warna-warna gelap seperti hitam dan putih, atau warna pastel. Warna yang digunakan desainer Indonesia sangat bervariasi. Ini bagus sekali. Banyak masyarakat Austria yang tidak menyadari bahwa pemilihan warna pakaian dapat mempengaruhi mood. Pemakaian warna-warna cerah, seperti yang kalian gunakan, bisa membuat suasana hati lebih gembira. I like it,” ujarnya.
Sementara itu, Lisa Niedermayr dari Vienna Academy of Fine Arts yang turut menyaksikan fashion show malam itu mengaku sangat tertarik dengan penggunaan warna indigo yang ditampilkan dalam koleksi Odyssey milik Lulu Lutfi Labibi.
“Kami tengah mengerjakan proyek UNESCO mengenai tekstil bertema Indigo. Saya berharap kita bisa melibatkan desainer-desainer Indonesia dalam proyek ini. Ini akan jadi kerjasama yang baik sekali,” ucap Lisa di akhir pertunjukan.
Fashion
Kampanye Seni Budaya Indonesia di Vienna Fashion Week
Penulis : Andhina Wulandari
Editor : Andhika Anggoro Wening