Makam bayi Tiara Debora di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat/Antara
Health

Begini Kronologi Penanganan Bayi Debora Menurut RS Mitra Keluarga Kalideres

Nindya Aldila
Jumat, 22 September 2017 - 22:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres menyampaikan kronologi proses penanganan Tiara Debora yang meninggal pada 3 September lalu.

Kronologi ini disampaikan Juru Bicara Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres Nur Vantina atau Nia saat jumpa pers di Jakarta.

"Kronologi ini merupakan hasil dari rekam medis yang sebenarnya tidak diperuntukkan untuk publik. Klarifikasi ini bukan normatif karena sudah ada dari audit internal RS Mitra Keluarga Kalideres sehingga audit itu bisa jadi barang bukti dari persepsi yang beredar selama ini," kata Nia, Jumat (22/9/2017).

Secara garis besar, berikut kronologis penanganan Tiara Debora di RS Mitra Keluarga, 3 September 2017.

Hal ini berawal dari Debora datang dibawa oleh orang tuanya pada pukul 03.40 WIB. Pasien datang ke rumah sakit langsung diarahkan ke ruang resusitasi atau IGD. Saat itu keadaan bayi tampak biru dan dingin pada ujung jari dan jari kaki (akral) dan terlihat tidak bergerak.

Perawat dan dokter langsung melakukan pertolongan dengan bagging atau bantuan pernafasan. Selain itu dokter juga melakukan penyedotan lendir.

Pada pukul 04.00, dokter Irene, dokter yang menangani pasien di IGD, melakukan konsultasi ke dokter spesialis anak, dokter Akira, dan mendapat anjuran untuk melakukan rawat intensif atau yang dimaksud di sini adalah ruang pediatric intensive care unit (PICU) apabila kondisi pasien sudah stabil serta menjelaskan tindakan apa saja yang dilakukan.

Pada 04.15, Irene mengarahkan keluarga pasien ke counter rawat inap untuk pengurusan administrasi dan surat perintah rawat PICU sembari perawat dan dokter jaga melakukan bantuan pernafasan di IGD.

Irene menyampaikan rencana perawatan lanjutan yang dilakukan di ruang PICU. Keluarga mengurus pada bagian administrasi dan telah dijelaskan biaya laboratorium, radiologi, intubasi dan biaya yang akan dibutuhkan untuk perawatan di ruang PICU. Petugas menjelaskan bahwa penanganan di IGD akan tetap dilakukan.

Sementara itu di IGD, perawat memberikan nebulizer mask atau masker oksigen. Pasien mulai merintih dan kebiruan berkurang. Saat itu, keluarga menyatakan belum setuju dengan biaya yang disampaikan oleh rumah sakit. Orang tua pasien diharuskan membayar 80% rata-rata biaya perawatan di ruang PICU per hari, yaitu sekitar Rp18 juta.

Pukul 5.15, dokter memasang selang pernapasan dan melakukan penyedotan lendir. Lendir berwarna putih dan sudah mulai berkurang.

Pukul 5.30, Irene bertemu kembali dengan ibu pasien untuk menanyakan kesiapan kamar PICU untuk perawatan selanjutnya. Dokter menanyakan apakah si ibu memiliki kartu BPJS dan menganjurkan merujuk pasien ke rumah sakit yang melayani BPJS. Keluarga setuju dan dokter menulis surat rujukan. Dokter juga menganjurkan untuk melakukan cek lab.

Pukul 06.20 Setelah kondisi pasien membaik, siap dilakukan pengambilan darah. Namun, mulai pukul 07.00, tercatat, pasien mulai gelisah, saturasi menurun. Di saat yang sama tercatat pula bahwa rujukan ke RSUD Cengkareng ditolak.

Perawat IGD berupaya menghubungi RS Harapan Kita, RS Koja, RSCM, RS Fatmawati, RS AtmaJaya, tetapi semua ruang PICU penuh.

Mulai pukul 09.48 Tiara Debora semakin kritis. Saturasi oksigen pasien kurang lebih 30%, pasien dingin, kulit pucat, retaksi dada tidak ada, perut kembung, kebiruan muncul di bagian dahi. Dokter Ivan yang saat itu menangani melakukan reintubasi, bantuan pernapasan. Pada pukul 10.20 pasien dinyatakan meninggal.

Keluarga atau ayah pasien membayar biaya tindakan di IGD dan radiologi dan menuju ke ruang rekam medis untuk mengurus surat kematian.

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro