Bisnis.com, COLORADO – Hasil riset mengungkap bahwa bakteri lebih tahan terhadap antiobiotik saat berada di antariksa.
Bakteri, menurut studi yang terbit dalam jurnal Frontiers in Microbiology, mengalami peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik di ruang minim gravitasi.
Mereka bisa berubah menjadi lebih berbahaya. Padahal, di bumi, bakteri-bakteri ini dengan mudah tumbang oleh antibiotik standar. Para peneliti mempelajari perilaku itu dengan membawa Escherichia coli--bakteri yang biasa ditemukan di saluran pencernaan manusia--ke ISS pada 2014.
Studi ini menyebut mikrogravitasi membantu bakteri yang bisa menyebabkan diare, muntah, dan demam itu mengembangkan trik kebal terhadap antibiotik. Pertahanan utama mereka: mengubah ukurannya menjadi lebih kecil.
Dalam kondisi minim gravitasi, volume bakteri E. coli menyusut hingga 73 persen. Dengan demikian, semakin sedikit permukaan bakteri yang bisa terpapar molekul antibiotik.
Meski volumenya menyusut, membran sel E. coli justru menebal hingga 25 persen. Molekul antibiotik kian sulit menembusnya.
"Perilaku bakteri sangat berbeda di luar angkasa dan butuh antibiotik lebih banyak untuk membunuh mereka," kata Luis Zea, peneliti astrobiologi dari University of Colorado Boulder yang terlibat dalam riset ini.
Sistem pertahanan lain yang dikembangkan E. coli adalah tumbuh bersama membentuk gumpalan. Kondisi ini berbahaya bagi bakteri yang ada di sisi luar gumpalan karena mereka langsung terpapar antiobiotik.
Pada saat yang sama, mereka justru melindungi bakteri di bagian dalam dari penetrasi antibiotik. Sistem pertahanan E. coli di ISS membuatnya tumbuh 13 kali lebih banyak daripada populasi yang dibiakkan di bumi dalam kondisi lingkungan serupa.
Bakteri di ISS juga mengembangkan "senjata tambahan" berupa vesikel atau kantong cairan di membran selnya. Perangkat ini membuat bakteri lebih mudah menginfeksi sel. Artinya, mereka bisa membuat orang sakit lebih cepat dan infeksi yang sulit ditangani.