Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan memperkirakan penderita penyakit demensia di Indonesia 4 juta orang pada tahun 2050 jika tidak ada upaya penanggulangan.
Sementara, Alzheimer’s Disease International (ADI) memprediksi jumlah Orang Dengan Demensia (ODD) di seluruh dunia akan mencapai 131,5 juta pada tahun 2030 atau mengalami 69% kenaikan.
Tingginya angka ODD juga akan mempengaruhi beban ekonomi sebuah negara dan masyarakat. Pada tahun 2016 penyakit ini diperkirakan memiliki biaya sebesar US$818 miliar per tahun, dan diprediksi meningkat menjadi US$1 triliun pada 2018 dan menjadi US$2 triliun di 2030.
Baca Juga Inilah Efek Buruk Diet Karbohidrat |
---|
CEO ADI Paola Barbarino menjelaskan sekitar 68% ODD berasal dari keluarga menengah ke bawah. Negara-negara Asia pun memiliki potensi yang lebih besar untuk kenaikan jumlah ODD dalam beberapa tahun ke depan.
Beberapa faktor yang memicu tingginya biaya penanganan di Asia disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman atas penyakit demensia dan kurangnya sumber daya serta pelatihan bagi para pendamping ODD.
“Untuk itu, kami sangat mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang telah berhasil meluncurkan rencana aksi nasional (RAN) untuk penanganan demensia dan Alzheimer," katanya dalam keterangan pers, Minggu (5/11/2017).
Paola menambahkan, selain Rencana Aksi Nasional yang sudah dimiliki Indonesia, pendidikan yang terus menerus adalah kunci untuk penanganan penyakit ini. Hal ini nantinya akan mempengaruhi bagaimana penanganan demensia pada level pasien, dimana tiap-tiap penanganan akan disesuaikan dengan kondisi pasiennya sendiri.
"Pemahaman yang cukup juga akan membantu mendorong pemerintah dan komunitas untuk menciptakan infrastruktur dan berbagai kegiatan yang dapat mencegah demensia ke depannya," katanya.