JAKARTAElectronic Dance Music (EDM) kembali mengalami masa kebangkitannya beberapa tahun belakangan. Musik ini berikut seluruh subgenrenya menjadi demam di belantika musik dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Sekitar dua tahun belakangan, bermunculan nama-nama baru di dunia disc jockey (DJ) yang memproduksi musik-musik EDM berkualitas. Nama mereka pun tidak sedikit yang berhasil menembus pasar internasional dan meraih segudang prestasi.
Salah satu produser dan musisi EDM yang paling berpengaruh dan tenar di Indonesia saat ini adalah Dipha Barus. Kiprahnya di dunia DJ melesat sejak 2010, meskipun dia telah mulai bermain musik sejak kecil.
Pria 31 tahun yang terlahir dengan nama Dipha Kresna Aditya Barus ini adalah sosok dibalik anthem EDM paling terkenal di Indonesia saat ini, No One Can Stop Us, yang meledak hingga ke pasar internasional dan ditonton lebih dari 5,2 juta kali di YouTube.
Lagu tersebut juga menempati puncak berbagai tangga lagu terpopuler Indonesia, serta mengantarkan nama Dipha sebagai pemenang Anugerah Musik Indonesia (AMI) kategori Karya Produksi Dance/Electronic Dance Music (EDM) Terbaik pada 2016.
Lantas, bagaimana pendapat Dipha tentang perkembangan EDM kekinian? Apa menurutnya yang menjadi tantangan dan problematika dalam perkembangan EDM di Tanah Air? Berikut penuturannya:
Saat ini istilah EDM banyak digunakan untuk mendeskripsikan ‘semua’ musik yang berbasis digital. Namun, untuk meluruskan, apakah sebenarnya EDM itu? Apa kriteria genre musik yang dapat dikatakan EDM?
EDM atau Electronic Dance Music adalah sebuah genre dalam electronic music atau dance music yang berkembang di Festival atau Club beberapa tahun belakangan ini. EDM sebenarnya hanya pengembangan atau progres dari musik electronik dan dance musik saja.
Menurut pandangan Anda, bagaimana perkembangan terkini genre EDM di Indonesia?
Perkembangannya baik, banyak lagu-lagu bagus dari talenta-talenta baru yang bermunculan. EDM sekarang sudah menjadi pop, menurut saya, sudah tidak lagi hanya bisa di dengarkan di club atau festival. Sekarang radio pun memutar lagu EDM di siang hari.
Apa yang memicu trennya di Indonesia?
Banyak lagu EDM yang kini sudah bisa diputar di radio dan menjadi pop, sehingga pendengarnya pun menjadi lebih banyak dan beragam. Dengan demikian, lama-kelamaan menjadi sebuah tren.
Bagaimana pangsa/ceruk pasarnya? Siapa biasanya pangsa pasar dari musik EDM di Indonesia?
Penikmat musik, pria ataupun wanita di kota besar, usia dari sekolah menengah pertama sampai yang baru saja bekerja atau tingkat manajerial atau direktur mungkin ya. Pangsa pasarnya cukup luas.
Subgenre apa yang paling populer?
Wah banyak sekali ya. Ada kombinasi atau gabungan dengan house, techno, electro atau dengan hip hop, trap, dan lain lain. Tiap daerah atau kota dan tiap negara punya selera yang berbeda-beda.
Apakah tantangan/problematika dalam perkembangan EDM di Indonesia?
Tantangannya adalah saat musik tersebut tidak lagi ada yang berkarya, dan banyak karya bagus yang tidak terdengar ke masyarakat umum sehingga komunitasnya tidak jalan.
Kota mana yang paling progresif?
Untuk perkembangan EDM pasti di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, bahkan sampai ke Makassar.
Sebagai musisi, bagaimana Anda memandang perkembangan EDM Indonesia dibandingkan dengan luar negeri?
Sulit untuk membedakan atau membuat perbandingan karena infrastruktur industri musik di luar negeri sudah lebih mantap dan canggih. Kalau dari segi penonton dan penikmat musiknya ya sama saja. Kalau dari segi DJ-nya dan produsernya, banyak sekali talenta Tanah Air yang berkualitas internasional.
Darimana Anda biasa mendapatkan inspirasi untuk memproduksi musik EDM?
Secara umum inspirasi saya untuk berkarya dan menciptakan karya musik bisa datang dari mana saja. Saya dari kecil mendengarkan musik yang sangat beragam, mulai dari The Beatles sampai ke Jackson 5 dan Stevie Wonder. Jadi sampai sekarang ya influence [pengaruh] saya masih dari musik yang saya dengarkan itu, tidak hanya dari musik elektronik saja.
Apa kendala yang biasa dihadapi produser/musisi EDM di Indonesia?
Infrastruktur di industri musik [Indonesia] yang belum bisa diakses oleh mereka. Kalau dari segi teknologi sih semua sudah ada di Indonesia, mungkin harganya masih terlalu mahal jadi ada beberapa item yang tidak terjangkau harganya.