Bisnis.com, LONDON - Sekitar 17 juta bayi di dunia tinggal di daerah dengan pencemaran udara enam kali lipat dari ambang batas disarankan dan perkembangan otak mereka terancam, kata Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Rabu (6/12/2017).
BACA : 4 Cara Meningkatkan Kesehatan Mental
Sebagian besar dari bayi tersebut -lebih dari 12 juta- berada di Asia Selatan, kata kajian tentang anak-anak berusia kurang dari setahun, menggunakan citra satelit untuk melacak daerah terdampak paling parah.
Baca Juga Ini Dia Makanan Pencegah Asma |
---|
"Pencemar tidak hanya membahayakan paru-paru, yang berkembang pada bayi, juga dapat secara tetap merusak otak mereka, yang sedang berkembang. Dengan demikian, masa depan mereka terancam," kata Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake.
Setiap pencemaran udara di atas ambang batas disarankan Organisasi Kesehatan Dunia dapat berbahaya bagi anak-anak dan ancaman tersebut berkembang seiring dengan pemburukan pencemaran, kata UNICEF.
SIMAK : Pria Kurang Tidur Berisiko Tinggi Parkinson
Pencemaran udara terkait erat dengan asma, pneumonia, bronkitis dan infeksi pernafasan lainnya, menurut badan tersebut.
Temuan ilmiah tentang hubungannya dengan perkembangan otak masih belum dapat dipastikan, namun bukti yang berkembang pesat merupaka "alasan pasti untuk menjadi perhatian", demikian Nicholas Rees dari UNICEF, penulis laporan tersebut.
Perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak sangat penting untuk pembelajaran, pertumbuhan dan agar mereka "mampu melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan dan cita-citakan dalam hidup", katanya.
Baca Juga Ini Sebabnya Ibu Hamil Perlu tes HIV |
---|
"Banyak fokus terus memastikan anak-anak memiliki pendidikan bermutu, tapi yang juga penting adalah perkembangan otak itu sendiri," tambah Anthony.