Bisnis.com, JAKARTA – Perkumpulan Betawi Kita menyayangkan sajian film “Benyamin Biang Kerok” yang diproduksi Falcon dengan arahan sutradara Hanung Bramantyo.
Siaran pers yang diterima Bisnis.com pada Jumat (9/3/2018) menyebutkan setelah menonton film “Benyamin Biang Kerok” besutan sutradara Hanung Bramantyo, Perkumpulan Betawi Kita menyatakan kecewa, bahkan merasa dihina.
“Benyamin S. bukan sekadar tokoh film, pemusik, dan banyak lagi sebutannya. Benyamin telah menjadi manifestasi dari kebudayaan dan sejarah orang Betawi. Namun Hanung dan para penulis skenario serta para pemodalnya sengaja memanfaatkan nama Benyamin sebagai komoditas,” demikian pernyataan tersebut.
Film itu didedikasikan untuk mengenang Benyamin dengan izin dari keluarga dengan iming-iming merayakan ulang tahun tokoh Betawi tersebut dengan menafsirkannya ulang.
Namun, Perkumpulan Betawi Kita menyatakan itu hanya kamuflase, trik memalukan yang mengutip istilah sutradara kondang masa lalu Sjumandjaja sebagai tukang kelontong perfilman, tidak punya kreativitas sebagai unsur utama film, hanya punya kreativitas bagaimana melipatgandakan modal. Memperbarui angka rekening, bukan memperbarui nilai film nasional.
Perkumpulan Betawi Kita memandang mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dipertontonkan menjelaskan dengan gamblang tidak hadirnya pikiran di dalamnya.
“Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot, tetapi, beda asal comot dengan kreativitas dibandingkan dengan asal comot yang tanpa pikiran. Hasilnya yang satu pembaruan, sedangkan satu lagi kedunguan. Ya, kedunguan demi kedunguan inilah yang menyertai perjalanan film ini,” demikian pernyataan tersebut.
Di awal adegan, sutradara Hanung banyak mencomot film James Bond dengan Casino Royal-nya, Mission Imposible, Tomb Rider, dan latar belakang mafioso yang sarat dengan perjudian, miras dan pornografi. Hanung tidak puas jika hanya menjiplak narasi film aksi yang berkiblat dari Hollywood.
Ia tutup film dengan adegan perkelahian yang menjiplak film Kungfu Hustle dari Hongkong. Di antara awal dan akhir demikianlah jiplakan demi jiplakan disambung yang buruk disambung sebagai cerita.
Ada juga kreasi semisal Pengki dan ibunya sebagai pengusaha super kaya dari bisnis teknologi. Tetapi tidak dijelaskan seperti apa, malahan yang muncul dalam penjeladan ibunya bisnis properti dan tampak sedang macet proyek propertinya.
Di hadapan mereka duduk dua orang yang wajahnya jelas-jelas ingin agar penonton mengidentifikasi itu adalah pasangan Ahok-Djarot. Keduanya digambarkan dengan wajah yang takut sambil minta sogokan. Disebut-sebut juga kata "gubernur baru" yang menurut kedua pasangan susah diatur, kemudian ibunya Pengki bilang, "Semua bisa disogok".
Ini hanya salah satu bagian dari cerita yang menunjukkan betapa selain penuh jiplakan, juga sesungguhnya cerita film mentah. Alhasil, banyak keajaiban-keajaiban yang tidak logis yang berujung pada cerita film yang kacau karena gagal bercerita, juga menyedihkan karena karakter yang lemah.
“Akibatnya, sayang sekali pemain-pemain kaliber Lidya Kandouw, Omas, Meriam Bellina, Komar, bahkan Rano Karno yang sebenarnya punya hubungan khusus dengan Benyamin, malah tidak menemukan alur cerita yang menantang dan memompa kejenialan membawakan karakter mereka.”
“Tinggal sebagai dari satu gerak ke gerak yang lain yang akal sehatnya sukar dicari, kecuali pada imitasi adegan demi adegan dari film Hollywood sampai Hong Kong. Suram.”
Demikianlah nasib film yang hanya mendompleng judul dan nama besar Benyamin Sueb dari film garapan Nawi Ismail pada 1972. Benyamin Biang Kerok garapan Hanung Bramantyo dihidupkan untuk mempermalukan bukan hanya Benyamin, tetapi juga para sahabatnya di dunia film yang dilibatkan.
“Bahkan keluarga. Adalah benar dengan film ini nama Benyamin menjadi naik dan dibicarakan lagi. Tetapi, buat apa jika dinaikkan untuk dipermalukan. Buat apa jika dibicarakan untuk jadi bahan dikasihankan nasibnya yang dilecehkan.”
Bahkan, pesan keluarga kepada Rumah Produksi Falcon Pictures pun diabaikan. Pesan tidak ada “pusar”, rokok, minuman keras, semua dilanggar. Film bukan hanya banyak pornografi pornoaksi, rokok, minuman keras dituang, juga kekerasan.
Belum lagi jika bicara tradisi Betawi dalam film tersebut. Boleh dikatakan, narasi Betawi film ini tidak ada selain sebatas jiplakan yang ditempel asal dan seadanya.
“Jangan harap film ini seperti Biang Kerok dari Nawi Ismail, Si Doel dari Sjumandjaja atau Rano Karno di sinteronnya yang menggugah dan mendorong penafsiran kebetawian dan nilainya. Film dari Hanung ini jauh dari nilai-nilai dan filosofi kebetawian. Tak bernilai selain komersial dan hanya memalukan Benyamin dengan kebetawiannya,” papar pernyataan pers tersebut.
Celakanya Falcon dan Reza Rahadian yang memerankan sebagai Pengki, terus melakukan promo film terbarunya itu. Bahkan, kabarnya film Benyamin Biang Kerok dibagi menjadi dua bagian. Dijadwalkan tayang pada Desember mendatang.
Harapan orang banyak zaman reborn film ini akan jadi berkah buat Benyamin Biang Kerok, menjadi lebih baik dari sebelumnya pada 1972, justru malah merusak. Tinggal jadi musibah.
Berlatar belakang itu semua Perkumpulan Betawi Kita menyampaikan sejumlah imbauan. Pertama, masyarakat, khususnya warga Betawi, tidak menonton film tersebut.
Kedua, keluarga Benyamin. S membatalkan pemakaian nama Benyamin untuk bagian kedua yang sudah dibuat untuk tayang Desember mendatang sebab pihak pembuat film telah mangkir dari pakem moral yang disepakati.
“Sudah saatnya para produser menghentikan film-film yang hanya mempertebal stigma tentang orang Betawi,” demikian lanjutan pernyataan tersebut.