Anthony Dio Martin/Istimewa
Bagikan

Ada sebuah kisah pertemuan yang menarik. Seorang karyawan bertemu dengan kepala divisinya. Mereka secara kebetulan, bertemu di sebuah acara undangan pernikahan. Ternyata, si atasan adalah kerabat dari si pengantin pria. Adapun, si karyawan ini teman satu sekolah dengan pengantin wanita.

Sewaktu bertemu, mereka pun saling berjabat tangan, “Kenalkan saya Adi”. Lalu dengan cepat di karyawan itu berkata, “Iya Pak Adi saya kenal Bapak. Lha kan bapak pimpinan di divisi kami. Saya kerja di bawah timnya bapak. Bapak nggak kenal saya, tapi saya tahu Bapak. Saya sudah nyaris 3 tahun di perusahaan ini lho pak.”

Terbayang tidak, sudah 3 tahun dan tidak dikenal sama pimpinan divisinya? OMG!

Ada tiga kemungkinan dari cerita ini: Pertama, si atasan, yakni Pak Adi yang tidak membumi. Jadi, dia termasuk pimpinan yang tidak mengurusi anak buahnya, Sampai-sampai, anak buah pun dia sudah tidak tahu sama sekali. Jadi, si Pak Adi ini pimpinan yang super sibuk.

Kedua, saking besar unitnya sampai-sampai Pak Adi ini tidak tahu lagi siapa karyawannya. Akan tetapi, pengalaman saya mengatakan sebesar apa pun, kalau itu masih di level divisi, semestinya masih bisa saling mengenali.

Ketiga, ini yang menjadi bahan obrolan, yakni si karyawannya sama sekali tidak eksis, tidak ketahuan. Kehadirannya sama sekali tidak masuk dalam radar pimpinan alias seperti Hantu.

Namanya juga karyawan Hantu. Dalam istilahnya Hantu itu sering dipelesetkan sebagai Handa Ada Nama Tanpa Ujudnya (wujudnya). Sedikit memaksa.

Karyawan hantu adalah karyawan yang eksistensinya tidak diketahui, alias tidak masuk dalam radar, khususnya radar atasannya. Mengapa si karyawan ini tak terdeteksi?

Ada beberapa alasan yang membuat si karyawan ini masuk dalam karyawan hantu. Hal ini karena memang kontribusinya begitu tidak jelas sehingga pimpinan nyaris tidak merasakan keberadaannya. Jadi, di tempat kerja, mau orang ini ada ataupun tidak, tidak akan memberikan perbedaan sama sekali.

Selain itu, bisa juga situasi ataupun lokasi membuat seorang karyawan masuk dalam karyawan hantu. Misalnya, dia berada di lokasi yang sangat jauh ataupun di tempat pojok di ruangan yang nyaris tidak ada yang mendeteksinya.

Pada Januari 2014, karyawan pajak di Finlandia meninggal di tempatnya tanpa ketahuan. Ternyata, si karyawan telah meninggal 2 hari. Meninggal pada Selasa dan baru ketahuan pada Kamis. Padahal, ada sekitar 100 orang di lantai yang sama.

Rekan-rekannya yang juga kerja di situ mengatakan bahwa mereka takut mengganggu temannya ini yang biasanya bekerja “solo” di pojok. Sampai akhirnya, pada Kamis siang ada karyawan yang kasihan dengannya dan mengajaknya makan siang.

Lebih Proaktif

Dalam dunia kerja, janganlah menyalahkan pihak lain ketika Anda menjadi karyawan hantu. Apalagi kalau perusahaan Anda adalah perusahaan dengan jumlah orang yang begitu banyak. Daripada mengharapkan orang lain khususnya pimpinan yang “notice” dengan kehadiran Anda, saatnya Anda yang lebih proaktif untuk menunjukkan eksistensi Anda.

Sebenarnya, ada kerugian terbesar yang Anda alami tatkala Anda menjadi karyawan hantu. Yang jelas, Anda sama sekali tidak terdeteksi ataupun masuk dalam radar manajemen ataupun pimpinan. Akibat yang paling menyakitkan adalah karier dan nasib Anda pun tidak ada yang mempedulikan. Mungkin saja Anda mengalami kenaikan gaji karena memang adanya sistem pukul rata kenaikan gaji bersama. Akan tetapi, dengan pola seperti itu, proses promosi dan kenaikan jenjang Anda menjadi sangat lama. Logikanya sederhana. Bagaimana mau dipromosikan, dikenal saja tidak?

Anehnya, ada pula karyawan yang sebenarnya menikmati tatkala dia menjadi karyawan hantu. Benar lho. Di beberapa instansi yang saya ketahui, ada beberapa karyawan yang memang statusnya “hantu”. Bagi mereka, yang penting adalah nama mereka di organisasi. Artinya, setiap bulan mereka dapat gaji. Soal kenaikan dan promosi, mereka tidak terlalu peduli. Mereka bisa melakukan apa pun seenaknya.

Saya Eksis

Logikanya sederhana. Anda tidak eksis, keberadaan karier Anda pun finished. Faktanya menunjukkan bahwa banyak karyawan yang ingin karier dan pendapatannya menjadi lebih baik tetapi dia tidak bisa membuat dirinya eksis. Pertanyaannya sekarang apakah yang bisa membuat Anda lebih eksis, bukannya jadi hantu?

Pertama, Anda mulai memberikan kontribusi. Bukan berarti Anda harus menjilat ataupun cari muka. Sebaliknya, melalui pekerjaan yang Anda berikan, justru Anda menujukkan bahwa kehadiran Anda mempunyai makna.

Bahkan, ketika Anda tidak punya pekerjaan sama sekali ataupun pekerjaan Anda selesai, Anda perlu proaktif dan bertanya, “kerjaan telah selesai. Apa yang masih bisa saya bantu.” Soal hal ini saya pun teringat dengan kisah seorang pimpinan yang ngotot memperjuangkan seorang karyawan office boy yang berasal dari perusahaan outsource. Setelah setahun kerja, si pimpinan perusahaan ini begitu ngototnya meminta perusahaan outsource-nya agar bisa merekrut si office boy ini. Alasan yang dikemukakan oleh si pimpinan ini juga sangat sederhana. Ternyata, ada satu pertanyaan si office boy yang sangat dia sukai, yakni “apa lagi yang masih bisa saya bantu pak?”

Kedua, pergaulan dan komunikasi rutin dimana Anda terlibat. Faktanya menunjukkan bahwa banyak karyawan yang justru memisahkan diri. Ada yang mengatakan bahwa dia malas berkumpul karena temannya kebanyakan hanya bicarakan gossip, ataupun hal yang tidak perlu, seperti siapa pakai tas merek apa hari inil. Memang Anda tidak harus menyukai apa yang dibicarakan, tetapi juga bukan berarti Anda harus memisahkan diri.

Akhirnya, bagi saya sendiri jadi karyawan hantu itu sangat tidak enak dan tidak menyenangkan. Bayangkan, Anda bekerja 8 jam tetapi kebermaknaan Anda tidak punya nilai sama sekali. Ini ibarat Anda datang ke sebuah undangan, dalam sebuah pesta tetapi tidak ada seorang pun yang Anda kenal. Semua sibuk ngobrol, saling berfoto, dan bersalaman hingga berpelukan, sedangkan Anda sendirian tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Mungkin saja, Anda bisa mengatakan, dalam situasi itu, “saya akan salaman dengan pengantinnya, ambil makanan, makan, lalu pulang.” Nah, begitu pula yang seringkali terjadi dengan karyawan hantu. Datang ke kantor, menyapa beberapa orang. Kerja. Pulang. Tunggu gajian. Kalau itu, dalam jangka waktu pendek, tidak jadi masalah. Bayangkanlah, jika Anda harus bekerja di suatu organisasi selama bertahun-tahun tetapi tidak ada yang peduli sama sekali dengan kehadiran Anda. Betapa menyengsarakan.

Tahu tidak, itulah sebabnya di kantor kami ada sebuah kalimat inspirasi yang ditempel di tangga naik yang bunyinya begini. “If your presence don't make any difference, why your absence will make any difference”. Jika diterjemahkan, “Jika kehadiran Anda saja tidak bikin perbedaan, kenapa ketidakhadiranmu akan jadi masalah”.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro