Judul : Legacy: Sang Legenda Kejujuran Rachmat Saleh
Penulis : Syafrizal Dahlan dkk
Penerbit : Beres Maju Multimedia
Tebal : 510 halaman
Cetakan : Pertama, Februari 2018
ISBN-13 : 978-602-959-563-5
Rakyat Indonesia menginginkan pejabat publik yang jujur, berintegritas, adil, dan cerdas. Dalam sejarah bangsa ini, sebenarnya sudah banyak deretan nama pejabat yang menginspirasi dan layak dijadikan panutan.
Salah satunya adalah Rachmat Saleh, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) selama dua periode (1973—1983) dan bekas Menteri Perdagangan pada 1983—1988. Di dunia perbankan nasional dan otoritas moneter, pria kelahiran Surabaya, 1 Mei 1930 itu tak ubahnya legenda hidup.
Kisah hidup serta rekam jejak Rachmat dituangkan dalam buku biografi pertama dan satu-satunya dengan judul Legacy: Sang Legenda Kejujuran Rachmat Saleh yang disusun oleh Syafrizal Dahlan dan kawan-kawan.
Berbeda dengan biografi pada umumnya yang cenderung subjektif, buku ini tidak berisikan penuturan diri, tetapi kesaksian dari berbagai pihak terkait, serta studi kepustakaan. Rangkaian rekam jejak Rachmat dikumpulkan dari cerita para sahabat, kerabat, dan keluarga dekatnya.
Salah satu inspirasi utama yang diwariskan Rachmat adalah kejujuran. Bahkan, hal itu diakui oleh taipan Ciputra dan Arifin Panigoro, yang mengatakan bahwa nilai kejujuran Rachmat dan integritasnya sungguh-sungguh di atas rata-rata orang Indonesia.
Sepanjang kariernya, Rachmat terkenal bersahaja. Tidak seperti kebanyakan pejabat teras, dia tidak memborong rumah dan mobil mewah untuk kroni dan keluarganya. Dia juga tidak mewariskan deposito sekian belas digit atau surat berharga.
Sebagai pejabat, dia juga dikenal tidak suka mengumbar janji dan banyak bicara. Dia dikenal tidak haus pencitraan dan lebih mengutamakan hidupnya sebagai abdi negara dan berbuat yang terbaik bagi bangsa tanpa pamrih.
Di dalam buku ini, Syafrizal dkk menceritakan perjalanan panjang Rachmat yang berasal dari keluarga asli Madura tetapi berhasil menempuh pendidikan hingga ke Harvard University. Kariernya makin melesat setelah mengabdi di Bijibank Belanda.
Buku ini juga mengulas bagaimana kebijakan Rachmat dalam menangani utang luar negeri yang diwariskan Orde Lama, serta bagaimana dia mendorong pengusaha nasional untuk bisa berkembang di negerinya sendiri melalui kredit usaha.
Tidak hanya di dunia moneter, kiprah Rachmat di dunia perdagangan juga menjadi sorotan dalam biografi ini. Dia adalah menteri perdagangan pertama yang paling getol memacu ekspor nonmigas dan menaikkan daya saing produk lokal di kancah internasional.
Untuk mendukung akurasi dari sepak terjang Rachmat, buku ini turut memuat sederet testimoni dari para pemangku kepentingan di Indonesia, seperti Jusuf Kalla, Ciputra, Abdul Latief, Burhanuddin Abdullah, Djoko Moeljono, Arifin Panigoro, Gusmardi Bustami, dan masih banyak lagi.
Secara umum, penulis berharap buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pejabat publik dan penyelenggara negara untuk belajar dari keteladanan yang diwariskan oleh Rachmatt. Keteladan dalam hal kejujuran, kesederhanaan, kepemimpinan, dan sikap tawadu.