Bisnis.com, JAKARTA – Era disruptif telah mendorong para perusahaan musik untuk bertransformasi dan berinovasi pada digital.
Managing Director Warner Music Indonesia Toto Widjojo menuturkan bahwa strategi transformasi digital menjadi hal sangat penting bagi perusahaan label rekaman di Indonesia.
“Saya rasa ini seperti sejarah berulang. Tahun 60-an mengenal piringan hitam. tahun 70-an kaset, tahun 80-an menjadi CD. Mungkin sekarang CD sudah tidak ada lagi. Sekarang sudah digital,” ujarnya.
Toto menjelaskan bahwa perusahaan rekaman harus bisa merangkul teknologi untuk menggantikan teknologi sebelumnya.
Apalagi saat ini, untuk mendengarkan musik juga sangat mudah dengan mendownload aplikasi musik tertentu, bahkan bajakan pun sudah tidak relevan lagi.
“Terjadi perubahan model bisnis seiring dengan perubahan lifetsyle penikmat musik. Musik sudah di-distrak beberapa tahun yang lalu sehingga melakukan beberapa penyesuaian, salah satunya dengan aplikasi. Ini sangat memengaruhi revenue. Pendapatan double digit tambah terus,” jelasnya.
Toto menceritakan sejak 2 tahun yang lalu perusahaan rekaman Warner Music Indonesia sendiri sudah tidak memproduksi CD lagi. Alasannya, lantaran sudah tidak ada toko kaset dan CD dan hampir tidak ada yang mendengarkan kaset dan CD.
Sementara itu, musisi Sandhy Sondoro mengungkapkan bahwa segi positif dari pengembangan aplikasi musik digital adalah mempromosikan musiknya. Kendati demikian, dia menegaskan bahwa musisi juga harus memiliki kualitas off air yang meyakinkan.