Bisnis.com, JAKARTA- Bagi sebagian besar orang, pernikahan menjadi salah satu peristiwa paling penting dalam kehidupan mereka.
Tidak mengherankan bila persiapan menuju momen sakral sungguh-sungguh dipersiapkan. Kerepotan menyiapkan mulai dari cetak undangan hingga dekorasi resepsi telah disiapkan sejak berbulan-bulan.
Reza Paramita sebagai Chief Operating Officer Weddingku menambahkan urusan bujet merupakan hal utama yang menjadi permasalahan. Salah satu solusi untuk membantu mengatur hal tersebut adalah menggunakan wedding organizer. Mereka dapat membantu para calon pengantin memilih vendor yang pasangan impikan.
“Pilih organizer, karena dia yang dapat mengarahkan berdasarkan pengalamannya, mereka bisa memilih. Bujet paling besar biasanya itu di dekorasi, makanan, dan venue,” kata Reza dikutip Rabu (6/2/2019)
Biasanya, lanjut Reza, vendor akan memberikan rekomendasi pilihan mana yang perlu diprioritaskan apakah dekorasi atau makanan. “Ada yang mementingkan makanan, dekorasi lebih minimalis yang penting layak dan kursinya bagus. Atau sebaliknya, karena tamu sedikit yang penting dekorasi yang lebih wah, makanan bisa ditekan,” jelasnya.
Menurut Reza, industri pernikahan masih potensial karena masyarakat Indonesia menginginkan pesta pernikahan yang unik dan meriah baik dengan tema tradional ataupun modern. Berbeda dengan negara lainnya, dia mencontohkan masyarakat di negara Singapura dan Malaysia lebih banyak menyelenggarakan pernikanan dengan lebih simpel. “ Ini uniknya, negara lain pesta pernikahan tidak semeriah di Indonesia,” katanya.
Kanya Wirasati, PR dan Marketing Suryo Dekor, menambahkan dekorasi memegang peran signifikan pada suatu pernikahan. Pasalnya, dekorasi mampu menggambarkan latar belakang keluarga, adat budaya yang dijunjung.
“Karena pernikahan juga menjadi simbolisasi gengsi juga, jadi bisa melihat dari seberapa besar pernikahan tersebut,” kata Kanya.
Tantangan yang dihadapi vendor dekorasi , salah satunya adalah menyesuaikan keinginan dari pasangan pengantin dan juga orang tua pasangan. Pasalnya, lanjutnya, diantara mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda. Apalagi, dia menilai pasangan pengantin sudah membawa gambaran dekorasi yang di dapat dari media sosial.
“Makanya bisa dibilang di industri pernikahan itu bukan lagi bussines to bussines [b-to-b], tapi bussines to heart. Kita harus mendengarkan keinginan mereka,” katanya.