Tak Terpaku Jumlah Penonton
Menurut Sheila, keuntungan sebuah film saat ini tidak mutlak berasal dari jumlah penonton, pun pendanaannya tidak sepenuhnya berasal dari rumah produksi semata.
“Industri film Indonesia semakin berkembang, ada beberapa investment company yang khusus mendanai finance perfilman, seperti Base Entertainment, kemudian Ideosource. Kemudian keuntungan lainnya bisa didapat dari digital platform (Netflix, Iflix, Viu),” ungkap produser film Wiro Sableng tersebut.
“Kemudian masuk ke festival biasanya ada pendanaan atau funding juga dari festival tersebut jadi macem-macem sumber yang bisa kita dapatkan,”sambungnya.
Sheila menuturkan pemerintah juga sudah membuka diri terhadap film-film dengan kategori ‘bagus’ karya anak negeri seperti film Wiro Sableng yang mendapatkan pendanaan dari Bekraf saat ditayangkan di Far East Film Festival (FEFF) 2019 di Udine, Italia.
“Film Wiro Sableng masuk ke festival di Udine, Italia kita dapat dana dari Bekraf untuk pengiriman kru kita ke Udine. Terus ada support yang dilakukan seperti misalnya melakukan workshop. Dukungan pemerintah makin lama makin baik terus positif dan kita harapkan lebih baik lagi ke depannya,” ungkap Sheila.
Reza Rahadian juga mengapresiasi dukungan dari pemerintah atas perkembangan film Indonesia saat ini. Ke depannya, ia berharap agar semakin banyak lagi genre film yang diproduksi selain dari film yang ‘menjual’.
“Kalau pertanyaannya cukup nggak dananya, dana nggak akan pernah cukup karena budget filmnya besar, tapi kalau sudah ada kemauan dari yang nggak ada sama sekali, Bekraf ada supportnya, Pusbang Film (Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) ada supportnya, kita jadiin ini sama-sama sebagai lampu hijau yang membuka film-film bagus berikutnya didukung,” tutupnya.
