Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi menemukan bahwa senjata api menjadi metode bunuh dir paling mematikan dengan hampir sembilan dari 10 upaya menjadi fatal.
Dilansir dari Reuters, Selasa (3/12/2019), para peneliti mencatat dalam Annals of Internal Medicine bahwa dengan menentukan metode yang paling mematikan dapat membantu para ahli menemukan cara untuk mengurangi bunuh diri.
"Banyak perbedaan yang kita lihat dalam tingkat bunuh diri, tingkat yang lebih tinggi pada pria, orang tua dan daerah pedesaan, sehingga
dapat dijelaskan dengan jenis metode yang digunakan orang," kata penulis utama Andrew Conner, seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Quinnipiac di Connecticut.
Conner mengatakan bahwa penggunaan senjata api dalam upaya bunuh diri membuat kemungkinan kematian lebih tinggi dibandingkan metode lainnya.
Pada 2017, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor 10 di AS. Conner dan rekan-rekannya mencatat, menambahkan bahwa tingkat kematian secara keseluruhan untuk upaya bunuh diri secara nasional adalah satu dari 12.
Untuk melihat lebih dekat epidemiologi bunuh diri di Amerika, tim Conner beralih ke tiga database, yakni Sampel Departemen Darurat Nasional (NEDS), Sampel Rawat Inap Nasional (NIS) dan Sistem Statistik Vital Vital Nasional (NVSS). Antara 2007 dan 2014, ada 3.657.886 upaya bunuh diri, dengan 309.377 kematian akibat tindakan tersebut.
Secara keseluruhan, 8,5 persen dari upaya bunuh diri mengakibatkan kematian, dengan 14,7 persen mengakibatkan kematian pada pria, 3,3 persen pada wanita, 3,4 persen pada orang berusia 15 hingga 24 tahun, dan 35,4 persen pada mereka yang berusia 65 dan lebih tua.
Sementara itu, keracunan narkoba menyumbang 59,4 persen dari upaya bunuh diri tetapi hanya 13,5 persen dari kematian. Adapun, senjata api dan gantung diri menyumbang 8,8 persen dari upaya, tetapi 75,3% dari kematian.
Dengan demikian, senjata api adalah metode yang paling mematikan dengan 89,6 persen upaya menghasilkan kematian, diikuti dengan tenggelam pada 56,4 persen dan gantung diri di 52,7 persen.
Dr. Paul Nestadt, asisten profesor psikiatri di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, Maryland, mengatakan bahwa upaya bunuh diri seringkali bersifat impulsif.
"Dan jika Anda dapat memblokir dorongan itu, Anda bisa menyelamatkan nyawa," ujarnya.
Nestadt melanjutkan bahwa studi menunjukkan bahwa 24 persen dari mereka yang meninggal karena bunuh diri membuat keputusan hanya lima menit sebelum melakukan upaya dan 74 persen membuat keputusan dalam satu jam.