Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa efek polusi udara terhadap kesehatan meliputi kanker paru-paru, stroke, penyakit pernapasan, dan sebagainya. Namun, bukti ilmiah belum tersedia untuk dampak yang lain, demikian halnya dengan kesehatan tulang. Hanya ada beberapa penelitian dan hasilnya tidak meyakinkan.
Baru-baru ini, sebuah penelitian di India yang dipimpin oleh Institut Barcelona untuk Kesehatan Global (ISGlobal) menemukan hubungan antara paparan polusi udara dan kesehatan tulang yang buruk.
Osteoporosis adalah penyakit di mana kepadatan dan kualitas tulang berkurang. Secara global, penyakit ini bertanggung jawab atas beban penyakit yang substansial dan prevalensinya diperkirakan akan meningkat karena penuaan populasi.
Studi baru yang dilakukan oleh Proyek CHAI, dipimpin oleh ISGlobal dan diterbitkan di Jama Network Open, menganalisis hubungan antara polusi udara dan kesehatan tulang pada lebih dari 3.700 orang dari 28 desa di luar kota Hyberabad, di India selatan.
Para penulis menggunakan model yang dikembangkan secara lokal untuk memperkirakan paparan di luar ruangan pada polusi udara oleh partikel halus (partikel tersuspensi dengan diameter 2,5 m atau kurang) dan karbon hitam. Peserta juga mengisi kuesioner tentang jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak.
Para penulis menghubungkan informasi ini dengan kesehatan tulang yang dinilai menggunakan jenis radiografi khusus yang mengukur kepadatan tulang, yang disebut dual-energy x-ray absorptiometry, dan mengukur massa tulang di tulang belakang lumbar dan pinggul kiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara sekitar, terutama partikel halus, dikaitkan dengan tingkat massa tulang yang lebih rendah. Tidak ada korelasi yang ditemukan dengan penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak.
"Studi ini berkontribusi pada literatur yang terbatas dan tidak meyakinkan tentang polusi udara dan kesehatan tulang," jelas Otavio T. Ranzani, peneliti ISGlobal dan penulis pertama studi ini, dilansir Science Daily, Sabtu (4/1/2019).
Mengenai mekanisme yang mungkin mendasari hubungan ini, dia mengatakan, menghirup partikel-partikel pencemar dapat menyebabkan kehilangan massa tulang melalui stres oksidatif dan peradangan yang disebabkan oleh polusi udara.
Paparan rata-rata tahunan ke PM2.5 ambien adalah 32,8 μg / m3, jauh di atas tingkat maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (10 μg / m3). 58% peserta menggunakan bahan bakar biomassa untuk memasak.
"Temuan kami menambah bukti yang menunjukkan bahwa polusi udara partikulat relevan untuk kesehatan tulang di berbagai tingkat polusi udara, termasuk level yang ditemukan di negara berpenghasilan tinggi dan menengah dan rendah" kata Cathryn Tonne, koordinator studi dan proyek CHAI.