Bisnis.com, JAKARTA - Dicti Art Laboratory menginisiasi pameran bertajuk "Masa Lalu Belumlah Usai" yang menampilkan ratusan poster-poster terpilih pameran seni rupa Indonesia periode 1974-2019.
Mikke Susanto, kurator pameran, mengatakan bahwa tujuan pameran ini memberikan kesadaran tentang pengarsipan budaya dan menunjukkan kerja para perupa di wilayah publik.
"Kedua tujuan ini mengakar pada persoalan dasar dan utama, yakni sejarah seni rupa dan turut menopang lini masa peristiwa seni rupa di Indonesia," ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterima Bisnis di Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Baca Juga Berita Seputar Pameran Seni |
---|
Pameran, yang akan diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta, pada 20 Januari hingga 2 Februari 2020 ini, bakal menampilkan lebih kurang 520 lembar poster.
Mikke menyebutkan, semua poster yang dipamerkan otentik dan orisinal. Koleksi tertua adalah poster pameran “Asean Mobile Exhibition Art and Photography Kuala Lumpur Singapore, Jakarta, Manila, Bangkok” di Taman Ismail Marzuki dan Balai Budaya Jakarta pada April 1974.
Sementara itu, koleksi termuda adalah poster Pameran Tunggal Togi Mikkel bertajuk “Marsitogian” di Kebun Buku Yogyakarta pada Desember 2019.
Karya-karya itu merupakan poster pameran seni rupa dari para senimaan kenamaan, antara lain Raden Saleh, Affandi, Basoeki Abdullah, S. Soedjojono, Hendra Gunawan, Srihadi Soedarsono, Edhie Sunarso, Kelompok Pelukis Rakjat, Kelompok Taring Padi, dan Kelompok Jendela.
Poster-poster tersebut, kata Mikke, dipilah dalam empat sub-kurasi berdasarkan pendekatan desain visual dan kronologi, yakni karya, tipografi, desain, dan fotografi. Keempatnya dibuat untuk memudahkan dalam mencermati materi pameran, sekaligus prasasti kekinian sebagai bagian tradisi pencatatan peristiwa.
Mikke mengatakan bahwa pameran poster tersebut juga tercatat sebagai pameran pertama di dunia, yang menyajikan khusus poster pameran seni rupa Indonesia. Di sisi lain, pengaruh poster pameran seni rupa dinilai penting bagi perkembangan sejarah desain dan peradaban kebudayaan.
"Karena itu, perlu sadari bahwa poster sebagai bagian dari masa lalu, kisahnya belumlah usai," kata Mikke.