Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona sedang menjadi perbincangan setelah menyebabkan pneumonia di China. Setidaknya, sebanyak 40 orang didiagnosis masalah kesehatan ini dan satu di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Walaupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum bisa memastikan apakah virus tersebut bisa menyebar atau tidak, masyarakat pun wajib waspada.
Sayangnya, masih banyak informasi yang salah terkait virus corona penyebab pneumonia ini. Agar tidak salah langkah, situs Arab News dan Rappler pun meluruskan beberapa di antaranya.
Mitos pertama: Virus corona bisa disembuhkan dengan vaksinasi
Fakta: Banyak orang percaya tentang hal ini. Namun, berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada obat maupun vaksinasi yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan virus corona karena sebenarnya pneumonia akibat virus corona hanya bisa disembuhkan oleh diri sendiri (self-recovery). Sebagai bentuk pencegahan saja, vaksinasi baru berguna.
Mitos kedua: Tidak dibolehkan untuk mengunjungi negara yang sedang outbreak
Baca Juga China Darurat Virus Corona Baru |
---|
Fakta: Sebenarnya, tidak ada peraturan yang melarang seseorang untuk mengunjungi negara yang sedang terkena wabah. Misalnya, sekarang sedang heboh pneumonia akibat virus corona di China, sehingga orang tidak boleh ke sana. Hal ini tidak benar karena siapa pun bisa ke sana, namun dengan catatan lebih berhati-hati agar tidak mengidap penyakit serupa.
Mitos ketiga: Pneumonia akibat virus corona tidak akan menimbulkan gejala
Fakta: Layaknya pneumonia pada umumnya, gejala tentu akan timbul. Beberapa di antaranya termasuk demam, lemas, batuk kering, dan sesak atau kesulitan bernapas. Sedangkan kondisi tersebut bisa semakin parah jika pneumonia akibat virus corona terjadi pada orang dengan usia lanjut atau memiliki penyakit penyerta lain.
Mitos keempat: Semua binatang bisa membawa virus corona.
Fakta: Menurut berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan, tidak semua binatang bisa membawa virus corona penyebab pneumonia. Secara spesifik, ini rupanya hanya berlaku pada unta dan kelelawar. Siklus hidup penuh virus dan inkubasinya kini masih terus dipelajari, tetapi lebih baik menjauhi hewan-hewan seperti itu secara umum, selalu ada risiko bahwa mereka mungkin membawa mikroorganisme berbahaya.