Umat Katolik melaksanakan misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Selasa (25/12/2018)./ANTARA-Aprillio Akbar
Travel

Main ke Pasar Baru, Belajar Toleransi di 7 Rumah Ibadah

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Senin, 10 Februari 2020 - 18:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Wacana pemerintah membangun jembatan bawah tanah menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral menuai pro dan kontra, padahal untuk meningkatkan toleransi sekaligus menggairahkan wisata religi di DKI Jakarta ada banyak lokasi yang bisa disambangi hanya dengan berjalan kaki.

Ternyata, di kawasan sekecil Pasar Baru, Jakarta Pusat saja ada beragam kepercayaan yang hidup berdampingan dengan damai lho! Jika anda punya waktu luang anda bisa melakukan perjalanan sendiri dengan berjalan kaki melihat tempat-tempat ibadah lintas iman di lokasi ini.

1.  Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini berada pada bekas lokasi Taman Wilhelmina. Adapun cerita unik dibalik Masjid Istiqlal bahwa arsitektur masjid ini adalah seorang non muslim bernama Fredrich Silaban. Dia adalah seorang penganut agama Kristen Protestan yang merancang arsitektur masjid ini.


2. Gereja Katolik Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga / Gereja Katedral Jakarta.

Gereja Katolik Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga alias Gereja Katedral Jakarta ini dibangun pada 1810 dan dirancang oleh Pastor Anthony Djikmans SJ. Adapun  peletakkan batu pertama dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Sayangnya pada 1826 bangunan ini hangus terbakar, bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya.

Selain kejadian itu, pada 1890 gereja ini sempat roboh sehingga pada 1901, pekerjaan gereja ini dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans sakit dan harus kembali ke Belanda. Gereja ini kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta. Sejarah pun mulai banyak yang menyebut tanggap resmi kelahiran Gereja Katedral Jakarta adalah tahun 1901. Gereja ini dibuat dengan gaya neo-gothik.


3.    Hare Khrisna Temple.

Pada penganut kepercayaan ini melakukan bakti yoga secara rutin dan menghindari diri dari hal-hal duniawi. Kuil ini berada di bawah naungan Masyarakat Kesadaran Krishna Internasional yang didirikan pada tahun 1966 oleh Srila AC Bhaktivendata Swami Prabhupada di Amerika Serikat. Kepercayaan ini Indonesia telah berkembang di Indoensia sejak tahun 1980. Pada 2002 terbentuk organisasi dengan nama Sampradya Kesadaran Krishna Indonesia (SAKKHI) di bawah naungan Parisada Hindu Dhrama Indonesia.


4.    Sai Baba Study Group (SSG).

Di depan Sai Baba Temple, anda akan menemukan patung gajah seperti Ganesha yang berdiri di depan pintu masuk. SSG dikelola oleh sebuah lembaga bernama Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia. Sai Baba Studi Group Indonesia mengklaim dirinya bukan suatu organisasi yang mempunyai misi pemindahan agama, bukan organisasi yang mencampur-adukkan agama, bukan agama baru atau suatu aliran kepercayaan. Oleh sebab itu para penganut agama apapun bisa terlibat dalam aktivitas spiritual Sai Baba Group.

Ajaran Sai Baba adalah tentang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menjaga keharmonisan antar sesama dan menjadi warga negara yang baik. Aliran ini dipopulerkan oleh Sadguru Bhagawan Sri Sathya Sai Baba lahir pada tanggal 23 November 1926 di Puttaparti, India. Dia lahir tanpa ayah. Konon pada suatau malam, ada cahaya biru yang yang masuk kedalam tubuh ibunya dan seketika itu hamil. Sai Baba wafat pada usianya ke 96 tahun, tanggal 24 April 2011. Waktu meditasi yang diselenggarakan tiap selasa dan kamis ini boleh diikuti oleh siapapun dari berbagai agama.


5.    Sikh Temple.

Sikh Temple adalah sebuah kuil masyarakat peranakan India. Sikh Temple adalah kuil tempat ibadah para penganut agama Sikh. Kuil yang bernama Sikh Temple ini berdiri sejak 1950.

Sikh adalah salah satu lima agama besar di dunia dan berkembang di India pada abad ke-16 dan 17. Agama Sikh memang dipengaruhi perubahan dalam agama Hindu India dan Islam di Pakistan. Agama Sikh berkembang pertama kali di Punjab, India, dan digagas oleh Guru Nanak pada 1469-1539.

Penganut Sikh hanya percaya kepada satu tuhan yang dipanggil Waheguru.  Kata Sikh sendiri berasal dari kata sisya dalam bahasa sanskrit yang berarti “murid” atau “pelajar”, atau siksa yang berarti “arahan”. Kepercayaan utama yang diajarkan agama Sikh adalah percaya kepada satu Tuhan yang pantheistik yang tidak mengandungi antropomofisme alias pemberian sifat manusia kepada dewa-dewa.


6.    Vihara Dharma Jaya alias Klenteng Sin Tek Bio.

Vihara ini adalah rumah ibadah tertua di Pasar Baru. Pasalnya, Klenteng Sin Tek Bio berdiri sejak 1698 di Batavia. Klenteng ini dibangun seiring dengan banyaknya petani-petani Tionghoa yang tinggal di sekitar Kebun Chastelein. Ada kemungkinan klenteng ini dibangun oleh petani-petani Tionghoa yang tinggal di tepi kali Ciliwung sekitar Pasar Baru.

Klenteng Sin Tek Bio, Pasar Baru mulai dihuni orang pada pertengahan abada ke 17, menyusul dibukanya persawahan dan perkebunan kopi di sekitar Lapangan Banteng. Semakin berkembangnya manusia pada awal abad 18, maka semakin banyak orang kaya yang mendirikan rumah-rumah peristirahatan sekitar Waterloopin alias Lapangan Banteng.

Semula Sin Tek Bio menghadap ke arah Selatan atau terletak di jalan Belakang Kongsi No. 16, kini dipakai Mie Aboen. Kemudian pada 1812 dipindah ke belakang bangunan lama dan menghadap ke utara yaitu menghadap ke Jalan Samanhudi. Dulu disebut gang Tepekong, sekarang dikenal sebagai jalan Pasar Baru Dalam Pasar No. 146, Jakarta Pusat.


7.    Gereja PNIEL alias Gereja Ayam.

Memasuki Gereja PNIL atau Gereja Ayam, ada tercantum nama Cuypers-Hulswit. Yap! Gereja PNIEL ini ternyata dibangun oleh arsitektur yang sama dengan Gereja Katedral Jakarta yaitu oleh NA Hulswit dari biro arsitektur Cuypers-Hulswit. Gereja ini berusia 104 tahun namun kondisi perabotannya di dalam masih baik. Misalnya, bangku di gereja adalah bangku yang sama sejak pertama kali didatangkan dari Belanda. Ada pula Alkitab dari Belanda yang berusia 200 tahun serta meja pembaptisan untuk umat yang usianya 350 tahun, nyaris seusia dengan lamanya Belanda menjajah Indonesia.

Gereja ini memakai lambang utama pada puncak atap dengan lambang mata angin berbentuk ayam. Ayam jantan, adalah lambing saat murid Yesus Kristus yaitu Petrus menyangkal Yesus tiga kali sebelum Yesus disalibkan.

Awalnya pada 1856 gereja ini hanya berbentuk kapel. Tujuan pendirian kapel untuk memenuhi kebutuhan ibadah penghuni panti jompo di lingkungan gereja. Namun pada tahun 1913 gereja ini dipugar, misalnya pada bagian atas dibuat datar, tidak lagi berkubah. Hal ini guna mencegah adanya kerusakan pada kubah yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan membahayakan umat. Gereja ini secara resmi aktif pada tahun 1915 dan kini terletak di Jalan Samanhudi No. 12 Pasar Baru, Jakarta Pusat.


Demikian sejumlah lokasi rumah ibadah di bilangan Pasar Baru yang punya arsitektur dan desain interior yang indah. Jika anda berkesempatan mengelilingi semua rumah ibadah ini, niscaya anda punya pandangan yang lebih tentang keberagaman dan keindahan hidup lintas agama. Anda hanya perlu waktu, membawa bekal dan air minum melakukan perjalanan lintas iman. Jadi, apakah membangun jembatan sudah pasti menjamin toleransi?

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro