Petugas menggunakan baju khusus berjaga di luar pintu masuk ke gedung perumahan Hong Mei House di Cheung Hong Estate di distrik Tsing Yi, Hong Kong, China, Selasa (11/2/2020). Pemerintah Hong Kong mengevakuasi warga di sebuah gedung setelah dua pasien di Pusat Perlindungan Kesehatan yang berasal dari tempat tersebut terinfeksi virus corona. Bloomberg/Justin Chin
Health

Ilmuwan Teliti Antivirus yang Sudah Ada untuk Lawan Virus Corona Baru

Syaiful Millah
Selasa, 3 Maret 2020 - 08:55
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kasus virus corona baru atau Covid-19 masih terus berkembang, seiring makin mewabahnya virus tersebut ke berbagai negara. Untuk itu, para peneliti terus melakukan berbagai upaya untuk menindaklanjuti virus yang kini telah menginfeksi puluhan ribu orang di seluruh dunia itu.

Sebagai informasi, virus corona sejatinya dapat hilang dengan mengandalkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Namun demikian, belum adanya pengobatan untuk Covid-19 sangat mengkhawatirkan banyak orang, utamanya anak-anak dan orang berusia lanjut atau mereka yang memiliki kondisi penyakit lain.

Dalam konteksi ini, kebutuhan untuk perawatan yang mendesak sangat dibutuhkan. Hal ini yang mendorong para peneliti untuk meninjau berbagai obat antivirus spektrum luas yang ada, dengan harapan beberapa di antaranya bisa digunakan untuk membantu mengobati kasus virus corona baru.

Penelitian ini salah satunya dilakukan oleh Denis Kainov, seorang profesor di Norwegian University of Science and Technology di Trondheim, Norwegia yang hasilnya di terbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases.

Dalam penelitiannya, Kainov dan tim meninjau serta merangkum informasi tentang 119 obat antivirus “safe-in-man’, yang disebut dengan agen antivirus spektrum luas (broad-spectrum antiviral agents/BSAAs), sebuah senyawa yang menargetkan beberapa virus sekaligus.

Para peneliti menjelaskan dalam makalah studi, bahwa paradigma satu obat hanya menargetkan satu virus sekarang berubah menjadi pendekatan satu obat untuk banyak virus. Ini dimulai dengan munculnya BSAAs.

Para ilmuwan mengembangkan BSAAs berdasarkan gagasan bahwa berbagai virus menggunakan jalur dan faktor inang yang sama untuk berkembang biak dan menyebar di dalam sel. Dengan demikian, satu obat berpotensi menargetkan beberapa virus sekaligus.

Kainov dan tim juga menjelaskan manfaat reporpusing obat yang sudah ada ketimbang membuat obat baru dalam memerangi infeksi virus, “Langkah-langkah sistesis kimia, proses pembuata, keamanan yang dapat diandalkan, dan fase perkembangan klinis sudah tersedia [dalam obat yang sudah ada],” katanya seperti dikutip Medical News Today, Selasa (3/3).

“Pengganti obat adalah strategi untuk menghasilkan nilai tambah dari obat yang sudah ada dengan menargetkan penyakit selain dari yang awalnya dimaksudkan,” imbuhnya.

Dia menambahkan bahwa dengan begitu kemungkinan keberhasilannya bisa lebih tinggi untuk digunakan dan dapat mengurangi waktu yang signifikan untuk ketersediaan klinis. Ini sangat diperlukan dalam kondisi Covid-19 yang telah mewabah ke banyak negara.

Antibiotik yang dapat melawan Covid-19

Para peneliti mempersempit 119 antivirus asli menjadi beberapa kandidat potensial untuk mengobati dan mencegah infeksi virus corona jenis baru seperti teicoplanin, oritvancin, dalbavancin, monensin, dan emetine.

“Obat-obat itu adalah antibiotik yang disetujui telah terbukti menghambat jenis virus corona dan virus lain di laboratorium,” kata Kainov.

Biasanya, dokter tidak merekomendasikan penggunaan antibiotik untuk mengobati virus. Namun, dalam kasus ini, para peneliti mencoba mencari obat yang dapat digunakan kembali sebagai agen antivirus. Sama halnya dengan WHO yang mendorong uji coba penggunaan obat Ebola untuk Covid-19.

Para ilmuwan merangkum temuan mereka dalam database yang bisa diakses secara terbuka. Basis data ini berisi tabel, peta panas, dan kata antivirus yang dinilai dapat membantu mengobati infeksi dari virus corona baru.

Pada akhirnya, Kainov dan tim optimistis bahwa di masa depan BSAAs akan memiliki dampak global dengan mengurangi morbiditas dan mortalitas dari virus dan penyakit lain. Tak hanya itu, penggunaan kembali obat-obatan juga dinilai akan memaksimalkan tingkat kualitas hidup dan mengurangi biaya perawatan pasien.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro