Bisnis.com, JAKARTA – Memiliki keturunan sebenarnya merupakan proses alami bagi manusia. Namun, tidak sedikit pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah dan berhubungan teratur tanpa menggunakan kontrasepsi.
Rupanya, sekitar 10 persen penyebab infertilitas tersebut tidak diketahui setelah dilakukan pemeriksaan standar. Beberapa penelitian menyebut bahwa gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan risiko gangguan kesuburan yang mempersulit pasangan memperoleh keturunan
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Pondok Indah Shanty Olivia Jasirwan mengatakan gaya hidup merupakan salah satu faktor yang masih dapat dimodifikasi dalam rangka meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesuburan.
Berikut beberapa faktor gaya hidup yang menyebabkan pasangan suami istri sulit mendapatkan keturunan:
1.Menunda usia menikah dan hamil pada perempuan
Munculnya tren menunda usia pernikahan atau kehamilan demi alasan mengejar karier yang belakangan ini marak, merupakan salah satu penyebab sulitnya pasangan suami istri mendapatkan keturunan. Pasalnya, kesuburan seorang wanita akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Terutama usia di atas 37 tahun, ketika kuantitas dan kualitas sel telur menurun cepat dan akan merosot drastis, hingga akhirnya menopause.
2. Merokok
Kebiasaan merokok tidak hanya berdampak buruk pada kesuburan, namun pada kesehatan secara umum. Pada pria, merokok dapat menyebabkan menurunnya produksi sperma, motilitas (pergerakan), dan morfologi (bentuk) yang normal. Selain itu, hal ini juga memiliki efek terhadap kerusakan DNA (materi genetik) sperma. Sementara pada wanita, kandungan pada rokok selain dapat mengacaukan hormon, juga dapat mempengaruhi kualitas sel telur.
3. Berat badan
Berat badan seseorang acapkali berkaitan dengan kebiasaan makan dan banyaknya aktivitas. Berat badan berlebih ataupun kurang memiliki efek samping kesehatan yang cukup luas termasuk pada kesuburan. Berat badan yang tidak ideal ini biasanya diartikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi (IMT lebih dari 25) maupun rendah (IMT kurang dari 20). Pada wanita, obesitas dan kurangnya berat badan dapat memicu gangguan kesuburan akibat ketidakseimbangan hormonal dan gangguan ovulasi.
Sementara pada pria, beberapa penelitian membuktikan bahwa obesitas dapat menurunkan kualitas semen, konsentrasi, dan motilitas sperma. Berat badan berlebih juga dapat meningkatkan kerusakan DNA sperma. Sebuah studi di luar negeri pun membuktikan bahwa disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh faktor kegemukan.
Selain obesitas, berat badan yang kurang juga merupakan faktor pemicu gangguan kesuburan pada pria. Mereka yang memiliki berat badan rendah memiliki konsentrasi sperma yang lebih rendah dibandingkan pria dengan berat badan ideal.
4. Olahraga berlebihan
Di satu sisi, olahraga teratur merupakan salah satu modifikasi gaya hidup yang baik untuk kesehatan termasuk kesuburan. Aktivitas fisik terbukti memiliki dampak positif terhadap kesuburan terutama pada mereka yang memiliki berat badan berlebih dalam upaya mengurangi berat badan.
Namun, olahraga yang berlebihan ternyata berefek negatif terhadap keseimbangan energi pada tubuh yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Jika kebutuhan energi melebih jumlah asupan makanan, maka keseimbangan negatif akan terjadi dan berefek pada gangguan pusat pengatur hormon di otak (disfungsi hipotalamus) sehingga terjadilah siklus haid yang tidak teratur.
Olahraga berlebihan adalah olahraga yang dilakukan dengan frekuensi yang sering, intensitas yang tinggi, dan durasi yang lama. Salah satu contohnya adalah jenis olahraga kardiovaskular (seperti bersepeda dan aerobik) yang dilakukan lebih atau sama dengan 4 jam per minggu.
Pada laki-laki, olahraga berlebihan juga dapat menurunkan kesuburan berupa menurunnya semua parameter sperma. Sama seperti pada perempuan, efek pada kesuburan terjadi apabila olahraga dilakukan pada frekuensi, intensitas dan durasi yang tinggi (lebih dari 5 jam per minggu).
5. Stres psikologis
Walaupun secara ilmiah masih belum terbukti secara kuat, stres psikologis dikatakan dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi dan berakibat buruk terhadap kesuburan. Pada wanita, stres psikologis berimplikasi pada sistem hormonal, imunologi, dan sistem saraf otonom yang secara tidak langsung berefek pada kemampuan reproduksi seorang wanita.
6. Konsumsi kafein berlebihan
Selain kopi, beberapa minuman atau makanan yang mengandung kafein seperti teh dan soft drink serta cokelat dipercaya memiliki kaitan dengan lamanya seseorang untuk mendapatkan keturunan, walaupun mekanisme dan bukti ilmiahnya masih belum terlalu jelas. Konsumsi kafein yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi reproduksi wanita dengan mengganggu fungsi ovulasi dan perubahan kadar hormon.
7. Kebiasaan mengonsumsi alkohol
Walaupun banyak studi yang mengaitkan alkohol dengan infertilitas, namun belum terlalu jelas berapa besar jumlah yang berhubungan dengan meningkatnya risiko tersebut. Pada pria, konsumsi alkohol berdampak negatif terhadap kesuburan seperti mengecilnya buah zakar, menurunnya libido, menurunnya jumlah dan volume sperma. Konsumsi alkohol juga memiliki efek yang bervariasi terhadap kesuburan wanita, antara lain menurunnya angka penempelan janin di rahim, meningkatnya angka keguguran dan kematian janin, disfungsi ovulasi, dan perkembangan embrio (janin) yang abnormal.
8. Pajanan tinggi terhadap polutan dan zat-zat kimiawi
Melansir dari Reproductive Science Center of New Jersey, beberapa bahan kimia disebut dapat menciptakan hormon wanita dalam tubuh pria yang mengakibatkan menurunnya produksi sperma. Peptisida, herbisida, dan insektisida adalah contoh bahan kimia yang dapat memengaruhi kemampuan sperma dalam membuahi sel telur.
9. Sering terpapar suhu yang tinggi
Suhu udara yang terlalu tinggi terutama di sekitar buah zakar, misalnya kolam air panas atau sauna terbukti dapat mengganggu kesuburan pada laki-laki akibat produksi sperma yang berkurang. Selain itu, celana ketat juga menyebabkan suhu di sekitar buah zakar menjadi lebih tinggi, yang kemudian dapat berdampak buruk pada kualitas sperma.
“Mengubah kebiasaan dengan menjalani gaya hidup lebih sehat tak hanya memperbaiki kesehatan Anda dan pasangan, juga mampu meningkatkan peluang terjadinya kehamilan dan memiliki anak yang sehat,” ujarnya.