Sel virus corona/istimewa
Health

Jumlah Kurir Virus Corona Diprediksi Lebih Banyak

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Sabtu, 28 Maret 2020 - 17:01
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pakar sedang mengerjakan studi untuk memetakan jumlah orang yang terinfeksi virus Corona (Covid-19) tapi tidak memiliki gejala. Studi ini menjadi penting karena mereka berpotensi menjadi pembawa virus tanpa disadari.

Seorang epidemolog asal Iceland, Thorolfur Gudnason menjelaskan, mayoritas masyarakat Iceland yang dites dan positif virus Corona justru tidak menunjukkan gejala apa-apa.

Tingginya rata-rata orang terinfeksi tanpa gejala khusus ini menjadi dilema karena banyak negara yang tidak melakukan tes bagi mereka yang tidak mengalami gejala.

Sebuah laporan kolaborasi antara Pemerintah China dan WHO bulan lalu juga mengatakan, kasus infeksi jenis ini memang jarang ditemukan dan tidak terlihat pada transmisi umum.

Mantan Kepala Departemen Administrasi Pangan dan Obat Amerika Serikat, Scott Gottlieb, menyatakan hal ini bahwa penyebaran virus Corona bisa dilakukan oleh orang tanpa gejala atau gejala ringan saja.

“Mereka ini juga bertanggung jawab atas transmisi yang terjadi, kita harus sadar mengontrol virus ini pun makin sulit,” ujar Scott seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (28/3/2020).

Di Korea Selatan lebih dari 20 persen kasus tanpa gejala yang tercatat oleh Korea Centers for Disease Control and Prevention tapi tidak menunjukkan perkembangan selama masa karantina di rumah sakit. Hal ini menunjukkan dampak atas tes masif yang telah dijalankan bagi masyarakat.

Sejumlah kajian juga sudah menyatakan ada virus Corona berpotensi menyebar sebelum seseorang mengalami gejala demam, batuk, dan kelelahan--gejala-gejala yang mana diasosiakan sebagai tanda awal terpapar virus Corona.

Pada umumnya, penyebaran virus antarpasien ini terjadi pada hidung sebagai indera pernapasan. Berdasarkan studi pada dokter di China, materi gen virus ini mudah menyebar pada penderita flu. Meski demikian, mekanisme penyebaran virus ini berbeda dari pasien gangguan pernafasan seperti SARS.

Satu dari 18 pasien yang tidak menunjukkan gejala, berpeluang tetap melakukan transmisi kepada pasien risiko rendah tanpa gejala, atau minimal terhadap pasien dengan risiko rendah dengan gejala ringan.

Sementara itu, pada peneliti asal Jepang menemukan butuh waktu sekitar 4 sampai 6 hari antara pasien terinfeksi bisa bertransmisi dan menginfeksi orang lagi. Temuan ini lebih cepat dari rata-rata masa inkubasi.

Hiroshi Nishiura dan tim di Hokkaido University’s Graduate School of Medicine juga menulis dalam jurnal bahwa hal ini mengindikasikan sekitar 86 persen dari pasien yang terinfeksi tetap tidak terdeteksi sejak 23 Januari 2020 bersamaan dengan larangan perjalanan mulai berlaku di China.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro