Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19, pemerintah dan WHO telah memberikan arahan kepada seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan praktik "social distancing" atau menjaga jarak sosial dalam kegiatan sehari-hari.
Sesuai dengan namanya, ini adalah gerakan isolasi sosial yang dipercaya ampuh memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mengatakan social distancing diterapkan melalui pembatasan kontak sejauh 1,82 meter dari orang lain. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk bekerja dari rumah hingga mengurangi kunjungan ke pusat keramaian, seperti mal, stadion, dan bioskop.
Namun, baru-baru ini istilah social distancing pun mulai tergantikan dengan physical distancing. Apa bedanya?
Melansir dari situs IFL Science, physical distancing sama dengan pembatasan fisik. Itu berarti, setiap orang tetap diperbolehkan untuk bersosialisasi namun memperhatikan aktivitas fisik dengan orang lain. Misalnya, mereka tidak boleh berjabat tangan tapi tetap terkoneksi dengan komunikasi bersama orang lain.
Adapun profesor psikologi di Universitas Stanford, Jamil Zaki, mengatakan physical distancing lebih cocok diterapkan dibandingkan social distancing sebab merujuk pada kesehatan mental masyarakat.
“Social distancing bisa meningkatkan stres pada manusia. Sedangkan kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jadi, ada baiknya kita tetap terhubung dan bersosialisasi dengan sesama walaupun dalam keadaan saling berjauhan melalui penerapan physical distancing,” katanya.