Petugas kader kesehatan desa menimbang balita di Posyandu Desa Danupayan, Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (11/3/2020). /ANTARA FOTO-Anis Efizudin
Health

Pandemi Covid-19 Mengancam Program Kesehatan Nasional

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Sabtu, 18 April 2020 - 03:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak terhadap ekonomi, tapi juga kondisi gizi, layanan kesehatan, dan sistem pangan dunia. Pemerintah pun berkomitmen memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional.

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali menyatakan pihaknya memiliki peran utama dalam perencanaan anggaran pemerintah agar dapat direalokasikan untuk penanganan Covid-19. Bappenas juga berkomitmen meningkatkan ketahanan kesehatan dan penguatan sistem kesehatan sebagai fokus pembangunan pada 2021.

“Tentu percepatan penurunan stunting juga akan tetap menjadi major project dalam RPJMN [Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional] 2020-2024,” ujarnya dalam konferensi video, Jumat (17/4/2020).

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Republik Indonesia dr. Brian Sri Prihastuti memastikan KSP terus mengawal berbagai program gizi nasional di tengah wabah virus corona.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple burden of malnutrition yaitu undernutrition (kurang nutrisi), overnutrition (kelebihan nutrisi), dan defisiensi mikronutrien.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, masih terdapat 30,8 persen balita stunting, 10,2 persen balita wasting, 8 persen balita overweight, 21,8 persen obesitas dewasa, dan 48,9 persen anemia pada ibu hamil . Untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu fokus dalam RPJMN 2020-2024 adalah percepatan penurunan stunting.

Hal ini menjadi salah satu prioritas dan major project 2020-2024 dalam rangka meningkatkan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) dan derajat kesehatan masyarakat. Stunting atau pendek merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang terutama terjadi pada periode 1.000 hari pertama kelahiran.

Dampaknya dapat mengakibatkan tumbuh kembang otak dan tubuh anak terhambat serta rentan terhadap penyakit. Jangka panjangnya, hal ini menyebabkan anak sulit berprestasi dan di masa usia produktifnya, anak stunting memiliki penghasilan lebih rendah dari mereka yang sehat.

Country Director, Nutrition International Dr. Sri Kusyuniati menuturkan keterpaduan langkah serta kolaborasi multipihak meliputi pemerintah, akademisi, pihak swasta, pihak donor, masyarakat, dan organisasi masyarakat sipil menjadi ujung tombak untuk memastikan program gizi di Indonesia tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

“Aliansi masyarakat sipil memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung program gizi di Indonesia, terutama agar penanggulangan persoalan stunting tetap menjadi perhatian pemerintah dan kita semua,” sambungnya.

Aliansi masyarakat sipil juga perlu terus memberikan advokasi dan mendorong agar gizi menjadi prioritas dalam usaha respons dan pemulihan Covid-19.  Gizi adalah kunci untuk membangun sistem kekebalan tubuh, perlindungan terhadap penyakit dan infeksi serta mendukung pemulihan.

Usaha untuk menjaga dan mempromosikan gizi yang tepat, termasuk pemberian ASI harus menjadi bagian dari strategi pencegahan Covid-19 guna membangun daya tahan individu dan komunitas.

“Diet gizi yang sehat dan seimbang merupakan kunci untuk meningkatkan imunitas dan mencegah penyakit tidak menular yang merupakan faktor risiko bagi morbiditas dan mortalitas Covid-19 dan yang lebih tinggi,” imbuh Sri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro