Bisnis.com, JAKARTA -- Ketika jumlah kematian global dari pandemi virus corona telah melebihi 250.000, dua negara kecil menonjol dengan tingkat kematian terendah di antara negara-negara yang mengalami wabah besar.
Di Qatar dan Singapura, angka kematian kurang dari 0,1% dari total infeksi yang dilaporkan.
Menurut para pakar kesehatan, demografi pasien dan kemampuan sistem perawatan kesehatan untuk mengatasi penularan virus adalah kunci untuk menjaga tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dalam pandemi ini.
Di antara negara-negara dengan kasus wabah terbesar, rasio kematian di Qatar adalah yang terendah yaitu 0,07% atau sekitar 12 kematian dari lebih dari 16.000 kasus.
Sementara itu, di Singapura rasionya adalah 0,093% dari lebih dari 19.000 infeksi yang terkonfirmasi.
Raina MacIntyre, profesor biosecurity global di University of New South Wales mengatakan bahwa rasio rendah kasus kematian akibat Covid-19 bermuara pada tiga hal yakni upaya, pengujian, usia populasi dan kapasitas unit perawatan intensif.
"Negara-negara yang melakukan pengujian lebih banyak dan mendeteksi lebih banyak kasus ringan akan memiliki tingkat kematian yang tampaknya lebih rendah," katanya, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (5/5).
Sementara itu, populasi yang lebih tua dan negara-negara yang kekurangan unit perawatan intensif dan kapasitas ventilator juga akan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Walaupun Singapura memiliki populasi yang menua dan usia rata-rata yang lebih tinggi daripada Qatar, sebagian besar penularannya adalah di antara pekerja asing berupah rendah, yang biasanya muda dan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum mereka diizinkan masuk ke negara itu untuk bekerja.
Demikian pula, banyak kasus di Timur Tengah yang lebih banyak terjadi dalam angkatan kerja migran yang lebih muda.
Mayoritas populasi di Uni Emirat Arab dan Qatar adalah ekspatriat yang lebih muda, yang juga menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum memasuki negara itu, dan diharuskan pergi begitu pekerjaan mereka selesai.