Suasana di Hotel Inna Grand Bali Beach/Ilustrasi-dok. Inna Grand Bali Beach
Travel

Sambut Normal Baru, Pariwisata Bali Siapkan SOP Anyar

Luh Putu Sugiari & Feri Kristianto
Selasa, 26 Mei 2020 - 20:57
Bagikan

Bisnis.com, DENPASAR — Rencana penerapan normal baru disambut hangat oleh pemangku pariwisata di Bali. Dengan catatan harus adanya ekosistem  yang terintegrasi ketika Pulau Dewata sudah benar-benar dibuka kembali untuk wisatawan. 

Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Ketut Swabawa menyampaikan bahwa dalam normal baru akan ada standar hotel, transportasi hingga penyediaan bahan makanan yang baru. “Bali tidak tentang industri hotel dan bandara, tapi semua sektor turut berpengaruh dalam normal baru ini,” katanya Senin, (25/5/2020).

Dia menuturkan, penerapan normal baru sudah diprediksi dari 3– 4 tahun lalu ketika munculnya bom Bali. Hanya saja daerah dengan julukan Pulau Seribu Pura ini belum memiliki kerangka yang jelas, sehingga Bali belum siap apabila aktivitas industri ada. 

“Awal Juni ini baru akan menyentuh tenaga medis dan logistik, tapi untuk pariwisata SOP  belum ditetapkan,” tambahnya. 

Menurutnya, jika pemerintah telah menetapkan prosedur dan frame yang jelas untuk kembali dibukanya industri pariwisata dengan konsep normal baru serta memberikan pelatihan pada setiap karyawan. Pihaknya optimis pada Juli 2020 mendatang sektor ini siap beroperasi. 

Terpisah, Ketua Bali Hotel Association (BHA) I Made Ricky Darmika Putra menyebutkan, saat penerapan normal baru akan ada pengurangan seat capacity atau service capacity di ruang publik hingga 40-50 persen. Dalam perencanaan, SOP ini sudah dipersiapkan dari sekarang, sebelum tamu datang untuk berlibur.

“Nantinya tamu yang datang sangat kita pantau dari awal check in hingga check out kembali,” tegasnya.

Ricky menjelaskan bagaimana proses tamu itu datang dengan penerapan SOP di bandara, kemudian transportasi menuju tempat menginap juga diperhatikan. Termasuk saat masuk menggunakan payment gateway untuk menghindari peredaran uang tunai. Setelahnya, jika tamu memakai fasilitas umum seperti kolam renang, restoran, diwajibkan mengikuti protokol normal baru.

” Saat melayani tamu, karyawan tidak hanya menggunakan masker tapi juga face shield dan tambahan glove untuk di restoran juga penerapan social distancing 1,5 – 2 meter,” jelasnya. 

Hal yang sama juga harus diterapkan saat tamu mengunjungi tempat wisata. Ia mengatakan, minimal harus ada tempat cuci tangan dan hand sanitizer, dan pengecekan suhu tubuh. Sehingga diharapkan kedepannya, tamu-tamu bisa merasakan new normal tourism dan great experience. 

Menurutnya, pemerintah harus segera menetapkan SOP normal baru untuk industri pariwisata. Saat ini keinginan tamu untuk traveling ke Bali masih sangat tinggi mencapai 50 – 60 persen, meskipun dalam situasi Covid-19. Terlebih lagi memasuki Agustus yang merupakan waktu untuk berlibur.

“Begitu pengumuman dibuka kembali penerbangan ke Bali, tamu juga butuh waktu untuk melakukan persiapan administrasi,” imbuhnya. 

I Made Ramia Adnyana GM H Sovereign Bali menuturkan, kemampuan pengusaha hotel bisa bertahan sampai akhir Mei 2020. Supaya tidak semakin lesu, pihaknya berharap adanya bailout dalam bentuk pinjaman lunak yang diberikan ketika hotel kembali dibuka.

Dana tersebut akan dijadikan sebagai bekal untuk beroperasi sampai kondisi normal. Sebab beban biaya operasional hotel sangat berat, seperti biaya listrik berkisaran 10 persen, biaya payroll atau overhead sekitar 25 persen dan biaya kamar 10  persen. Total biaya ini saja sudah berkisar 45 persen dan ini belum termasuk biaya F&B cost, Sales & Marketing dan Other expenses

“Kalau sekarang kerja short promotion tahun depan baru dinikmati, nah dengan adanya normal baru akan lebih sulit lagi karena volume menjadi sangat kecil dan tentunya akan lebih ribet,” jelasnya.

Normal baru akan menjadi next normal yang ujungnya berhulu pada quality tourism. Ia menuturkan, Bali merupakan premium produk jadi dengan normal baru yang diharapkan dapat dijual dengan harga premium, sehingga mess tourism yang sebelumnya berfokus pada kuantitas akan menjadi berubah dan tidak lagi bisa dipaksakan dalam era normal baru ini. 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro