Bisnis.com, JAKARTA - Gastroesophageal reflux disease atau GERD masih menjadi penyakit yang menyerang banyak orang, terutama kaum milenial. Namun terkadang, mereka yang menderita penyakit ini tidak menyadarinya.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Eka Hospital, Cibubur, dr. Gerie Amarendra mengatakan setidaknya ada 2 gejala pada Gerd. Yakni gejala khas dan tidak khas.
Gejala spesifik Gerd umumnya berupa rasa panas, asam, dan nyeri di ulu hati atau dada. "Rasanya naik dan terbakar di dada itu sering dikenali sebagai gejala khas Gerd," jelasnya dalam diskusi via daring, Senin (22/6/2020).
Kerap kali memang rasa dada yang terbakar dan nyeri ini disalah artikan sebagai serangan jantung.
Sementara itu, untuk gejala yang tidak khas yakni berupa sesak,tl terasa ada benjolan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan, suara menjadi serak, atau batuk kronik.
"Ini adalah gejala-gejala Gerd yang tidak khas sehingga suka overlook atau nggak bisa didiagnosis," tutur Gerie.
Gerd biasanya dipicu dari gaya hidup kaum milenial yang suka mengonsumsi makanan berlemak. Pemicu lain yakni langsung tidur setelah makan, obesitas, perokok, gemar minum-minuman bersoda dan kemasan.
Pola makan yang asal-asalan dan hormon yang memicu kendurnya katup antara kerongkongan dan lambung juga bisa memicu Gerd. Gerd secara umum bisa disembuhkan jika menerapkan pola hidup yang baik dan makan-makanan sehat.
"Kalau terkait dengan hormon nanti jika hormonnya sudah ada perbaikan, katupnya kembali kencang. Ada obat juga yang bisa membuat kencang tapi overall 70 persen sampai 80 persen bisa disembuhkan," tukas Gerie.