Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi pandemi COVID-19 membuat sebagian besar anak-anak di Indonesia, terutama yang berada pada jenjang PAUD dan sekolah dasar masih harus menghabiskan sebagian besar waktunya beraktivitas dan belajar di rumah.
Muncul kekhawatiran dari sebagian orang tua, bagaimana perkembangan kemampuan sosial anak-anak ini jika mereka masih harus berbulan-bulan beraktivitas di rumah? Adakah hal-hal yang dapat dilakukan orang tua?
Aspek sosial dalam perkembangan seorang anak pada dasarnya meliputi hal yang cukup luas mulai dari kemandirian untuk melakukan aktivitas bantu diri seperti makan, minum, berpakaian, sikat gigi, mandi, serta buang air besar dan buang air kecil; kemandirian untuk melakukan pekerjaan atau tugas rumah tangga sehari hari di rumah seperti aktivitas bersih-bersih, merapikan kasur, menata barang milik sendiri, memasak atau menyiapkan makanan sendiri, serta mampu menggunakan perkakas atau peralatan kerja yang ada di rumah.
Kemampuan beradaptasi yaitu bagaimana anak dapat berinteraksi dan berperilaku menyesuaikan dengan tempat dan situasi; kemampuan untuk menjalin pertemanan seperti misalnya memulai pertemanan, mempertahankan pertemanan, berbagi; kemampuan untuk melakukan aktivitas bermain yang sesuai dengan perkembangan usianya misalnya permainan yang mengandung aturan main, bergiliran, permainan kerjasama, permainan yang bersifat kompetitif, bergiliran.
Serta kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik misalnya bagaimana menggunakan kata dan kalimat yang sopan, membedakan cara berbicara dengan sebaya dan dengan orang yang lebih dewasa, berbicara di depan umum, dan lain sebagainya.
Rumah seyogyanya justru merupakan tempat paling awal dan tempat utama bagi anak untuk belajar mengenai berbagai kemampuan sosial melalui pola pengasuhan yang baik.
Apabila dimanfaatkan dengan baik, waktu selama pandemic COVID-19 ini dimana anak banyak berada di rumah akan justru dapat menjadi kesempatan untuk menstimulasi perkembangan bagian-bagian dari aspek-aspek sosial anak yang selama ini kurang terperhatikan.
Berikut tips menstimulasi kemampuan sosial anak seperti dikutip dari laman resmi Kemensos:
1.Latihan bantu diri
Kemampuan bantu diri seperti mandi, berpakaian, dan makan sendiri pada situasi normal terkadang terkendala oleh waktu yang mendesak sehingga orang tua kemudian melayani anak karena waktu untuk berangkat ke sekolah telah tiba.
Hal tersebut menyebabkan anak menjadi cenderung mengandalkan orang tua dan kemampuan bantu diripun menjadi kurang terasah, padahal jika ditinjau dari segi usia sesungguhnya anak sudah mampu untuk melakukan.
Waktu anak yang luang selama bersekolah dari rumah dapat dimanfaatkan, dengan memberi mereka kesempatan untuk melakukan aktivitas bantu diri secara mandiri meskipun mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Aktivitas bantu diri yang sebelumnya sama sekali belum dapat dilakukan juga dapat mulai dilatihkan selama anak berada di rumah secara bertahap, misalnya latihan untuk cebok sendiri saat buang air kecil dan buang air besar jika selama ini di sekolah atau di luar rumah anak masih terbiasa menggunakan pampers dan tidak terbiasa cebok sendiri.
2. Latihan melakukan tugas dan tanggung jawab sehari-hari
Memberikan anak tugas atau pekerjaan rumah tangga yang harus mereka lakukan setiap hari di rumah dapat melatih tanggung jawab sekaligus mengisi waktu mereka yang lebih luang jika dibandingkan saat situasi normal bersekolah. Pemberian tugas atau tanggung jawab dapat disesuaikan dengan usia anak.
Misalnya anak yang masih berusia taraf taman kanak-kanak dapat diberi tugas untuk merapikan mainannya sendiri, menyirami tanaman, memberi makan hewan peliharaan, mencuci alat makan dan minumnya sendiri yang terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah, dan lain sebagainya. Anak yang lebih besar dapat diberi tugas untuk menyapu, mengepel, menemani adik bermain saat ibu dan ayah bekerja, membantu ibu memasak, merapikan kasur, menata bajunya sendiri di lemari, dan lain sebagainya
Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah, memberi kesempatan pada anak untuk melakukan kesalahan. Sebagaimana orang dewasa yang mempelajari hal baru, terdapat kemungkinan anak-anak tidak secara langsung dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna, mungkin juga sering terlupa. Itu adalah hal yang sangat wajar.
Perbanyak motivasi, dan minimalkan kritik. Kritik atas kesalahan-kesalahan kecil yang terlalu sering dilakukan akan membuat anak menjadi takut salah dan enggan melakukan tugasnya kembali. Beri pujian dan perhatian ketika anak mau berusaha melakukan tugasnya meskpun belum sempurna hasilnya.
3. Kemampuan interaksi sosial
Kemampuan ini termasuk bagaimana anak dapat beradaptasi, menjalin pertemanan, berbagi, bekerjasama, serta berkompetisi secara sehat. Sebagian orang tua mungkin berpikir bahwa cara terbaik untuk melatih hal-hal tersebut adalah dengan segera memasukkan anak-anak ke sekolah, atau sebanyak-banyaknya bergaul di luar rumah.
Teori perkembangan, salah satunya yang dikemukakan oleh ahli bernama Erik Erikson justru menekankan pentingnya rasa aman dan nyaman anak dalam interaksi dengan orang tua terutama pada tahun-tahun awal kehidupannya. Saat anak merasakan hubungan yang aman dan nyaman, dapat mempercayai orang tuanya, maka ia akan lebih mudah merasa aman dan nyaman dalam menjalin interaksi yang lebih luas di luar rumah.
Oleh karena itu, hal yang mendasar dan dapat dilakukan di rumah dalam situasi pandemi ini adalah meningkatkan kualitas interaksi sosial dengan anak.
Kualitas interaksi dapat ditingkatkan dengan meluangkan waktu khusus untuk anak, di sela-sela kesibukan mengurus rumah maupun pekerjaan.
Batasi waktu anak-anak untuk melakukan kegiatan yang pasif seperti menonton TV dan bermain gadget. Matikan TV, abaikan handphone sementara waktu, serta berikan perhatian penuh pada anak. Libatkan diri untuk bermain bersama mereka, atau dapat pula sekedar saling bercanda, dan bercerita.
Tempatkan diri sejajar dengan anak sebagaimana seorang teman akan dapat mengisi kerinduan mereka akan adanya teman bermain. Orang tua dapat pula mengajak anak melakukan permainan-permainan tertentu yang mengandung aturan main untuk mengajarkan mereka bergiliran dan berkompetisi dengan sehat. Dapat pula melakukan aktivitas yang membutuhkan kerjasama, misalnya menyusun kartu, memasak bersama, atau membuat karya bersama.
Apabila anak selama ini memiliki kendala tertentu dalam kehidupan sosialnya di luar rumah misalnya kurang percaya diri, orang tua dapat menciptakan sebuah aktivtas yang dapat membantu membangkitkan keyakinan dirinya. Misalnya jika anak senang menggambar atau membuat hasta karya, orang tua dapat membat sebuah sudut untuk pameran karyanya di rumah dan memberikannya kesempatan untuk mempresentasikan karyanya dihadapan keluarga besar.
Orang tua juga dapat membuat semacam panggung pertunjukkan kecil dimana anak dapat menyanyi, menari, atau membacakan cerita, ditonton oleh anggota keluarga yang lain. Beri tepuk tangan, pujian, dan apresiasi atas apa yang dibuat dan ditampilkan anak
4. Kemampuan komunikasi
Bagaimana seorang anak berkomunikasi dengan orang lain di luar rumah, akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya menjalin komunikasi dengan orang tua di rumah. Orang tua yang membiasakan diri untuk bersikap sopan kepada anak dengan mengucap “tolong”, “maaf” dan “terimakasih” akan menjadi contoh yang baik bagi anak untuk kemudian menerapkannya pada orang lain.
Meskipun anak berada di rumah, penerapan sopan santun sebaiknya tetap dilakukan, seperti misalnya bagaimana saat berbicara dengan orang yang lebih tua, serta bagaimana meminta dengan nada bicara yang baik. Anak yang terbiasa didengarkan oleh orang tua, juga akan belajar untuk mendengarkan orang lain.
Di sisi lain jika anak jarang didengarkan, tidak dihargai pendapatnya, atau sering ditanggapi dengan bentakkan dapat berpotensi membuat anak menjadi cenderung menarik diri, kurang berani menjalin komunikasi dengan orang lain, atau dapat pula sebaliknya menjadi anak yang cenderung menunjukkan sikap menentang saat berbicara sebagai bentuk reaksi pertahanan diri.