Bisnis.com, JAKARTA -- Kemampuan memahami maksud hewan peliharaan tidaklah sulit, sebab semua orang punya peluang melakukan hal itu.
Didi Almeyda, Animal Companion Advisor mengaku mulai mengasah kemampuan untuk memahami bahasa non verbal sejak 2007 silam.
Ketertarikan itu muncul secara alamiah karena Didi yang menyukai hewan khususnya kucing ini penasaran untuk memahami pesan-pesan dari peliharaannya.
“Sebenarnya peliharaan kita melakukan komunikasi hampir setiap hari. Namun itu bentuknya non verbal, jadi memang diperlukan kemampuan manusia melalui kesabaran dan refleksi untuk menafsirkannya,” ujar Didi kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Penulis buku ‘Ketika Kucing Berbicara’ ini mengaku proses komunikasi non verbal dengan mengasah intuisi dia lakoni mulai 2007 sampai 2016.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, minat Didi berbalas lewat konsep yang dipopulerkan oleh Linking Awareness, kelas non verbal dengan hewan peliharaan.
Ketua dari Linking Awareness, Lucia, memberikan pelatihan dengan mengasah dan mempertajam indra halus dalam komunikasi non verbal melalui telinga, kulit sebagai indra peraba, lidah sebagai indra pengecap, mata sebagai indra pengliharan, dan terjemahan dalam hati atau perasaan juga pikiran.
Berkat pelatihan tersebut, per April 2017, alumnis Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia ini mulai melebarkan sayap menjadi animal companion advisor di Leo and Vets Clinic, Bekasi.
Didi menyebut, animal companion advisor tak sama dengan animal communicator. Dia beralasan, profesi ini bisa dilakoni oleh siapapun, sebab tidak membutuhkan keahlian khusus atau indra keenam untuk memahami hewan peliharaan.
Secara rinci, Animal Companion Advisor membuka jasa konsultasi hewan peliharaan dengan manusia. Para pelakon animal companion advisor memosisikan disi sebagai perantara dan sahabat dari kedua pihak, sehingga proses penyembuhan dan komunikasi dengan hewan peliharaan bisa berjalan lancar.
Hal ini membuat proses kerja animal companion advisor tidak sederhana. Didi mengaku harus melakukan observasi yang meliputi aspek fisik, mental, emosi, dan spiritual.
Didi pun lantasb memilih sebutan animal companion bukan animal communicator, karena dia merasa melalui profesi ini bisa mengajarkan kepada klien bahwa tak mesti punya animal communicator, tetapi setiap orang bisa melakukan komunikasi dan memahami hewan peliharaan.
"Kita tak sebut hewan itu peliharaan dan pemilik sebagai majikan. Kita menciptakan relasi companion tadi, jadi ada persahabatan,” tuturnya.
Pemilik empat ekor kucing ini ternyata tak hanya membatasi diri berkarya di Leo and Vets Clinic. Didi justru mengaku banyak menerima klien dari shelter atau rescue hewan.
Pasalnya, hewan-hewan di shelter inilah yang paling banyak mengalami kesulitan komunikasi dan trauma karena berbagai hal. Dia pun mendorong energi untuk memulihkan kondisi sejumlah hewan tersebut.
Sementara itu Animal Communicator Antonius Bagoes punya pendapat yang berbeda. Bagoes sudah mempelajari cara berkomunikasi dengan hewan peliharaan secara otodidak saat duduk di bangku SMP. Saat itu, dia diajari langsung oleh seorang uskup dan imam Katolik di Keuskupan Bangka Belitung.
Seiring berjalan waktu, Bagoes mengaku tidak mengindahkan sejumlah arahan untuk menajamkan komunikasi non verbal dengan hewan dan tanaman. Hingga pada usia dewasa, Bagoes melakukan sejumlah metode pelatihan mental dan spirityal untuk menyembuhkan mental block yang dialaminya.
"Akhirnya saya asah lagi itu dengan linking awareness juga, jadi saya rasa talenta itu ada. Jadi keahlian setiap orang juga dipengaruhi talenta kalau ada bakat ya mungkin proses belajarnya jadi lebih cepat saja," ungkap Bagoes.
Bagoes berpesan kepada semua orang yang memelihara hewan untuk bisa menanamkam sikap yang mendukung dan saling menjaga dengan hewan maupun tanaman di sekitarnya.
Sebagai seorang hypnotherapist, Bagoes mengingatkan pentingnya berpikir positif untuk menjaga hewan peliharaan dan tanaman.
"Kalau sudah mau mencoba punya hewan peliharaan ya harus siap dengan fakta mereka juga butuh perhatian, emotional bonding, dan diajak jalan-jalan karena mereka kan bagian dari alam. Bukan hanya dirumah dan dikasih makan saja," kata Bagoes.