Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 berhasil membuat masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya gaya hidup sehat. Berbagai aktivitas olahraga menjadi tren di masa adaptasi kebiasaan baru seperti saat ini.
Kondisi tersebut tentunya menjadi berkah tersendiri bagi produsen sepatu olahraga yang sempat terpukul pada awal merebaknya pandemi Covid-19 Maret 2020 lalu. Salah satunya adalah PT Sukses Sembilan Sepuluh yang merupakan produsen sepatu lari lokal dengan merek 910 (Nineten).
Sebagai catatan, 910 merupakan sepatu lari lokal yang populer lewat pengusaha sekaligus politikus Sandiaga Uno. Bahkan, tak sedikit yang mengira jenama tersebut miliknya.
Presiden Direktur Sukses Sembilan Sepuluh Hartono Wijaya mengungkapkan permintaan sepatu lari 910 di masa adaptasi kebiasaan baru mulai mengalami kenaikan walaupun belum kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19 merebak. Menurutnya, booming-nya aktivitas bersepeda menjadi pendorong utama tingginya permintaan.
“Orang Indonesia ini kan umumnya beli satu sepatu olahraga, terutama sepatu lari untuk macam-macam aktivitas olahraga. Bukan spesifik satu olahraga satu jenis sepatu, kalau profesional itu mungkin. Mereka yang bersepeda itu ya belinya sepatu yang bisa digunakan untuk lari atau jogging. Itu membantu penjualan saat ini,” katanya ketika dihubungi oleh Bisnis belum lama ini.
Menurut Hartono, saat ini permintaan sepatu lari 910 sudah mencapai angka 70% dari permintaan normal sebelum pandemi Covid-19 merebak. Adapun sebelumnya, permintaan sempat anjlok hingga kurang dari 50% permintaan normal.
Untuk memulihkan kembali permintaan, dia berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mampu menjaga daya beli masyarakat. Karena bagaimanapun juga sepatu lari dan perlengkapan olahraga lainnya adalah kebutuhan sekunder yang bukan menjadi prioritas utama.
“Daya beli sekarang belum pulih karena masyarakat banyak yang terpangkas pendapatannya dan kehilangan pekerjaannya. Peran pemerintah untuk menjaga daya beli ini dibutuhkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hartono mengungkapkan pandemi Covid-19 membuat penjualan sepatu lari 910 secara daring meroket hingga empat kali lipat. Penutupan pusat perbelanjaan atau mal ditambah lagi keengganan masyarakat untuk berkunjung kesana menjadi penyebabnya.
“Saat ini [penjualan] online kami sudah 40% dari total penjualan. Sebelumnya padahal hanya 10% saja. Penutupan mal, department store, dan toko-toko kita itu berpengaruh pastinya,” tuturnya.
Adapun kedepannya, untuk mendongkrak penjualan Hartono menyebut pihaknya akan menggandeng atlet lari nasional sebagai duta merek dan bekerjasama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Karena sebagai merek lokal tanpa adanya duta merek tidak mudah melawan merek-merek dari luar negeri yang sudah lama mendominasi.
Selain itu, pihaknya juga akan mengeluarkan model terbaru dengan frekuensi yang jauh lebih sering dari sebelumnya.
“Karena sport ini sekarang sudah menjadi fesyen bukan seperti dahulu lagi. Harus lebih sering [mengeluarkan model baru]. Kemudian untuk brand ambassador ini perlu untuk mempopulerkan dan meyakinkan masyarakat akan kualitas 910 sebagai brand lokal,” pungkasnya.
Sementara itu, Senior Manager Marketing Communications PT Berca Sportindo (League) Sapto Renggo Sumbogo mengatakan penjualan produk League, khususnya sepatu ikut terdongkrak oleh munculnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Namun, tidak dijelaskan secara rinci seberapa besar kenaikan penjualan yang dialami oleh merek tersebut.
“Terutama meningkatnya [minat] masyarakat dalam bersepeda belakangan ini. Kebetulan League tahun lalu bekerjasama dengan Indonesia Cycling Federation membuatkan produk untuk mendukung atlet-atlet sepeda berlaga di SEA Games Filipina. Produk yang dikembangkan bersama atlet itu lebih sesuai selera dan juga membantu secara teknis kegiatan olahraga bersepeda,” katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Pria yang akrab disapa Dodi itu mengatakan penjualan produk League selama masa adaptasi kebiasaan baru mengandalkan penjualan daring melalui situs resmi dan sejumlah platform dagang el. Pasalnya, gerai fisik yang sebagian besar berada di pusat perbelanjaan penjualannya belum pulih.
“Padahal kita sudah mengeluarkan cost yang sangat tinggi untuk rental dan gaji pekerjanya. Penjualan online cukup membantu dengan peningkatan 300% dari sebelum pandemi untuk rata-rata per bulannya,” ungkapnya.