Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan di Inggris meluncurkan studi besar yang bertujuan untuk mengungkap peran penting dari antibodi manusia dan pertahanan kekebalan tubuh lainnya terkait keparahan kasus Covid-19.
Hasil penelitian nantinya dapat mendukung keyakinan ilmuwan bahwa antibodi dapat melindungi orang terhadap penyakit atau mengonfirmasi ketakutan peneliti lain bahwa respons kekebalan memicu reaksi peradangan mematikan.
Dilansir dari The Guardian, Senin (5/10) Michael Levin, profesor pediatrik di Imperial College London mengatakan bahwa penelitian ini bisa mengarah pada dua jalur yang sangat berbeda satu sama lain.
"Ini dapat mengungkapkan bahwa antibodi beraksi dan menjelaskan mengapa anak-anak lebih kecil kemungkinannya menderita Covid-19 parah, atau mungkin menunjukkan respons kekebalan tubuh pasien sendiri menyebabkan efek yang mengancam jiwa," katanya.
Penelitian ini sedang dilakukan oleh kelompok Levin, sebuah tim yang dipimpin oleh George Kassiotis, seorang profesor di Francis Crick Institute London. Mereka menggunakan ribuan sampel yang telah dikumpulkan sebagai bagian dari studi.
Sebagian besar pekerjaan kelompok akan difokuskan pada antibodi, protein pertahanan kekebalan kunci yang mengikat virus untuk memblokir aktivitas mereka.
Ketika Covid-19 muncul pertama kali, para ilmuwan mulai mencari antibodi terhadap virus pada pasien dan individu yang sehat. Secara mengejutkan, mereka juga menemukan antibodi dari spesimen yang telah dikumpulkan sebelum pandemi.
"Kami menemukan kelompok kecil, sekitar 6 persen dari populasi Inggris sudah memiliki antibodi yang dapat mengenali virus baru, meskipun mereka belum pernah terpapar," kata Kassiotis.
Dia melanjutkan bahwa para peneliti menyadari harus ada reaktivitas silang yang terjadi antara virus corona flu biasa dan virus corona yang menyebabkan pandemi baru. Bagaimanapun, keduanya merupakan jenis dari virus corona.
Virus corona menyebabkan sekitar seperlima dari pilek dan antibodi umum di Inggris, dipicu oleh mereka yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Oleh sebab itu, peneliti mencari tahu apakah antibodi ini benar-benar menangkal tubuh dari patogen atau sebaliknya.
Orang dewasa biasanya mengalami pilek biasa yang disebabkan oleh virus corona setiap dua atau tiga tahun sekali. Sebaliknya, anak-anak mengalaminya lima atau enam tahun sekali karena mereka terus saling menginfeksi di sekolah. Akibatnya, sekitar 60 persen dari mereka memiliki antibodi virus corona 10 kali dari orang dewasa.