Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya limbah tekstil di seluruh dunia makin mendorong lahirnya inovasi menciptakan model bisnis juga motif fashion dengan standar produksi yang berkelanjutan.
Menurut Mariam Tania, Marketing and Branding Manager Lenzing Group SEA and Oceania menyatakan, Lenzing melalui Tencel mengandalkan serat tencel, yang merupakan bahan baku ramah lingkungan karena terbuat dari serat kayu atau Lyocell.
Tencel sebagai produk dari Lenzing Group selama ini memang fokus dalam menghadirkan bahan baku tekstil yang bisa daur ulang. Bahkan, Tencel sudah memiliki aplikasi untuk produksi batik.
Adapun salah satu pabrik benang yang bekerjasama dengan Lenzing memanfaatkan serat Tencel untuk batik juga tenun adalah PT Lakumas.
"Kami selalu melakukan inovasi material serat tekstil yang ramah lingkungan. Caranya dengan menyadari pakaian tak bisa dipakai terus dari tahun ke tahun," kata Mariam dalam webinar, Jumat (16/19/2020).
Oleh sebab itu untuk mendukung popularitas serat tencel, diperlukan kerjasama lintas sektor dan kesadaran para desainer membuat produk pakaian ramah lingkungan.
"Pakaian yang mengandung 100 persen serat Tencel, bisa terurai kembali ke tanah kalau dibuang dalam 12-22 minggu," ujarnya.
Tak hanya bagi lingkungan, Mariam juga menjamin sistem produksi serat yang ramah lingkungan. Misalnya saja dengan memanfaatkan energi terbarukan, serta daur ulang energi air agar bisa menjadi sumber air minum bagi pekerja.
Asal tahu saja, salah satu produk unggulan Tencel yang berhasil ekspor bernama Sarung Goyor. Tak hanya Tencel, Lenzing juga punya produk lain yaitu Ecovero untuk tekstil dan Veocel untuk non-woven.
Marketing Associate Director ZALORA Indonesia, Bimo Darmoyo menambahkan, sangat penting mempopulerkan produk tekstil dengan bahan dasar serta tencel yang ramah lingkungan.
Salah satunya dimulai dengan mempersiapkan fasilitas yang cocok untuk penyimpanan produk fashion berbasis tencel agar bebas dari rayap atau kerusakan lain.
"Kami pun mendorong permintaan, juga sekaligus mendorong ruang pergudangan atai warehouse untuk memberikan opsi berbelanja yang bijak bagi masyarakat," tuturnya.
Sebelumnya, Desainer Samuel Wattimena mengingatkan pentingnya para pembatik Indonesia mulai memperkenalkan sistem kerja yang ramah lingkungan.
Jaminan ramah lingkungan atau sustainability product ini bisa menjadi nilai tambah bagi produk Indonesia di mata dunia.
“Fashion ini masuk 5 besar limbah besar di dunia yang merusak lingkungan. Jadi perlu dipikirkan juga bagaimana produksi batik Indonesia terjamin dengan proses yang ramah lingkungan. Misalnya dengan jaminan penggunaan pewarna alam,” tuturnya.